Pendanaan untuk para developer game di Indonesia masih mengalir deras. Salah satu yang terbaru adalah pendanaan Seri A senilai US$ 8 juta atau setara Rp 125 miliar (kurs Rp 15.625 per dolar AS) untuk PT Agate International dari GDP Venture.
Pendanaan ini akan dipakai untuk mengembangkan game-game baru, termasuk game-game untuk platform PC dan konsol. Selain itu, dana ini juga akan dipakai untuk mengembangkan divisi baru yang fokus pada pembuatan game dengan teknologi VR (virtual reality) dan AR (augmented reality).
Menurut Shieny Aprilia, selaku Co-Founder dan Chief of Business Agate, pihaknya akan mengembangkan game untuk platform PC dan konsol karena pangsa pasarnya yang besar. "Kami melihat potensi yang besar di sana. Kami juga melihat bahwa developer Indonesia sudah mampu membuat game PC dan konsol yang berkualitas," ujarnya kepada Tech in Asia.
Agate sendiri sebelumnya lebih banyak mengembangkan game untuk platform mobile. Salah satu game besutan Agate yang cukup terkenal adalah Valthirian Arc.
Sebelumnya, Agate juga sudah mendapatkan pendanaan dari Merah Putih Incubator dan Infinity Venture.
Selain Agate, ada juga developer game asal Bandung, Touchten, yang baru saja mendapatkan pendanaan dari Korea Selatan. Touchten mendapatkan pendanaan dari K Cube Ventures dan kata mereka, dana ini akan dipakai untuk mengembangkan game selanjutnya.
Sebelumnya, Touchten sudah mendapatkan pendanaan dari CyberAgent, Gree, dan East Ventures.
Kemudian ada juga Educa Studio yang mendapatkan suntikan dana dari investor asal Singapura, Gobi Partners. Dana tersebut akan dipakai untuk mengembangkan game-game edukasi untuk anak-anak.
Menurut riset dari Digi-Capital, pasar game global diprediksi akan mencapai US$ 115 miliar pada 2018. Dari angka tersebut, pasar game mobile akan menyumbang US$ 45 miliar.
Indonesia sendiri merupakan pasar game mobile yang besar. Menurut data dari Spire, jumlah gamer di Indonesia mencapai 43,7 juta orang dan 94% di antaranya bermain game di ponsel.