FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap alasan prihal banyaknya masyarakat Indonesia yang lebih memilih berkerja ke luar negeri. Salah satu faktornya adalah terjadi perlambatan ekonomi dalam negeri.
Purbaya mengatakan hal ini menggambarkan kegagalan negara dalam menciptakan lapangan kerja. Sebagai solusi, pemerintah tengah merumuskan program vokasi dengan anggaran yang cukup besar. Harapannya, upaya ini bisa berjalan pada tahun depan sehingga masyarakat bisa mendapat pekerjaan yang lebih layak di dalam negeri.
“Banyak anak yang kerja di luar negeri karena kegagalan kita menciptakan lapangan kerja di dalam negeri,” kata Purbaya di Jakarta, Kamis (27/11).
Hanya saja, program ini bersifat jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang, Purbaya menargetkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam 10 tahun ke depan.
“Jadi target kita bukan mindahin orang sana supaya di sana hidupnya enak, tapi kita membuat di sini bagus suasananya sehingga di sini kita juga bisa hidup lebih enak tanpa harus keluar negeri,” jelas Purbaya.
Berdasarkan laporan Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), sebanyak 126.160 buruh dari sektor padat karya mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepanjang 2024 hingga Oktober 2025. Dari jumlah tersebut, 79 persen atau 99.666 buruh berasal dari industri tekstil, garmen, dan sepatu yang selama ini menjadi sektor paling terdampak.
Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi kelompok usia produktif yang tengah bekerja maupun sedang mencari pekerjaan.
Di sisi lain, Mentero Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) Prof Brian Yuliarto mendorong lulusan mahasiswa Indonesia bekerja di luar negeri.
“Bahkan untuk pendidikan vokasi kita itu sekitar ada yang satu semester sampai satu tahun, itu program magang di industri,” kata Brian di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Rabu (19/11/2025).
Dia juga mendorong kampus non-vokasi agar mahasiswa bersama dosen menciptakan inovasi atau kreasi. Sehingga bisa membuka industri baru.
“Tentunya bersama dosen-dosen yang pada akhirnya diharapkan mereka bisa juga menciptakan industri-industri baru, startup-startup baru yang pada akhirnya bisa membuka lapangan kerja,” terangnya.
Menurutnya, dua program itu agar lulusan mahasiswa Indonesia bisa sesuai dengan kebutuhan industri.
“Kita penuhi dan juga mana yang siap membuka lapangan kerja menjadi startup itu juga kita dorong,” tambahnya.
Presiden Prabowo, kata dia, menargetkan mahasiswa Indonesia memiliki skill tenaga kerja. Sehingga bisa sesuai dengan pasar kerja yang tersedia.
“Indonesia itu juga mengisi lapangan kerja di luar negeri, yang memang sangat besar dan kita tahu bahwa karakter bangsa kita ini sangat baik, kita ini orangnya sopan-sopan, juga ulet dalam bekerja, nah ini sudah dikenal di luar negeri,” imbuhnya. (Pram/fajar)