FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pernyataan Faisal Assegaf yang menuding Roy Suryo, Dokter Tifa, dan Rismon Sianipar, dibiayai pihak tertentu pada penelitian dan pengungkapan ijazah palsu Jokowi kini berbuntut.
Dokter Tifa menyebut, tudingan tersebut sangat keji. Dia pun mempertimbangkan melaporkan Faisal Assegaf terkait pencemaran nama baik.
“Tudingan Faisal Assegaf sungguh keji dan saya pertimbangkan untuk melaporkan pencemaran nama baik,” tulis Dokter Tifa, dikutip dari akun media sosialnya, Jumat (28/11/2025).
Meyakinkan perjuangannya tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik mana pun tetapi murni panggilan akademik, perempun bernama asli Tifauzia Tyassuma itu pun menuliskan sumpahnya. Berikut isinya:
Bismillahirrahmanirrahiim.
Atas nama Allah saya bersumpah
1.
Tiga hari lalu saya mencermati adanya pernyataan dari Faisal Assegaf bahwa “rekening kami, Roy Suryo, Rismon Sianipar, dan DOKTER TIFA harus diperiksa karena menerima sejumlah uang”; dan menyebut bahwa perjuangan saya terkait kajian ilmiah perilaku kebohongan mantan Presiden Jokowi dibiayai atau diarahkan oleh pihak tertentu.
Dengan tenang dan penuh tanggung jawab moral saya nyatakan: klaim tersebut tidak benar!
Tidak ada satu rupiah pun dana dari siapa pun yang saya terima untuk penelitian, sikap, maupun langkah saya.
Jika saya melangkah, itu karena saya memegang prinsip bahwa akademisi memiliki kewajiban moral untuk mencari dan menyampaikan kebenaran, bukan menjalankan agenda siapa pun.
Kepada Allah saya berserah diri, menyerahkan langkah, risiko, dan konsekuensi atas apa yang saya jalankan.
2.
Penelitian yang saya lakukan berangkat dari disiplin ilmu yang saya tekuni: Epidemiologi, Ilmu Perilaku dan Neurosains, yang menjadi Ilmu pengetahuan baru bernama Neuropolitika.
Kajian saya bukan berbasis kepentingan politik, kelompok, apalagi dengan pembiayaan eksternal, melainkan berbasis metode ilmiah, literatur, analisis data, dan komitmen akademik.
Bagi saya, kebenaran intelektual tidak dapat dibeli, dinegosiasikan, atau dititipkan. Kebenaran harus ditemukan dengan kerja, diuji dengan data, dan dipertanggungjawabkan dengan integritas, bukan didikte oleh kekuasaan atau narasi.
3.
Saya menghormati hak siapa pun untuk memiliki pandangan atau interpretasi, tetapi saya berharap pernyataan publik tentang saya atau perjuangan yang saya jalankan, dilakukan dengan tanggung jawab etis, faktual, dan tidak mendistorsi realitas.
Sejak awal saya memilih jalan ini bukan untuk mencari posisi, sensasi, atau dukungan materi, tetapi untuk mengingatkan bahwa bangsa ini hanya akan tumbuh kuat jika kejujuran, bukti, dan akal sehat ditempatkan di atas kepentingan pribadi atau kekuasaan.
“Dengan keyakinan itu saya berjalan, dan insyaAllah akan tetap saya jalani dengan tenang, terhormat, dan konsisten. Hasbunallah wani’mal wakil, ni’mal maula wani’man nashiir. Laa haula wala quwwata ila billah,” tutup Dokter Tifa. (sam/fajar)