Konsumen Minim Loyalitas, Paragon: AI Kunci Bertahan Hidup di Industri Kosmetika

katadata.co.id • 10 jam yang lalu
Cover Berita

PT Paragon Technology and Innovation atau ParagonCorp mengungkapkan tingginya jenis platform penjualan membuat konsumen di pasar domestik tidak memiliki loyalitas ke merek kosmetik apapun. Karena itu, penggunaan kecerdasan buatan atau AI menjadi kunci untuk bertahan hidup di industri kosmetika nasional

Global Group Head Consumer Market Foresight ParagonCorp Putri Kirana mengatakan minimnya loyalitas ke merek kosmetika tertentu mendorong jumlah merek kosmetika baru pada tahun ini mencapai sekitar 4.500 merek. Pada saat yang sama, kecilnya loyalitas tersebut membuat tren penjualan milik 7.300 eksisting masuk tren pelemahan.

Pergerakan industri kecantikan hari ini sangat cepat karena konsumen terpapar banyak platform penjualan. "Kunci bertahan hidup di industri kecantikan saat ini adalah menerjemahkan realitas konsumen yang terfragmentasi di masing-masing platform penjualan dengan AI," kata Putri dalam acara Trendmaker Summit 2025 di Bali, Jumat (28/11).

Putri mengatakan banyaknya platform penjualan kosmetik membuat konsumen saat ini menyaring iklan kosmetik dengan mandiri atau filter on my own (FOMO). Pada saat yang sama, pelaku industri kosmetik harus membaca data tren penjualan di setiap platform penjualan untuk bertahan hidup.

Penggunaan AI untuk membaca Big Data tren penjualan kosmetik menjadi keniscayaan. Akan tetapi, Putri meyakini hasil pembacaan AI tetap memerlukan interpretasi manusia untuk menghasilkan strategi penjualan yang berhasil.

"Di ParagonCorp, kami percaya AI tidak akan menggantikan manusia. Namun manusia yang menggunakan AI akan menggantikan manusia yang tidak menggunakan AI," katanya.

Dalam catatannya, jumlah konsumen bertambah 2,4 juta orang selama dua tahun terakhir. Pada periode tersebut, nilai belanja kosmetika per konsumen naik 32% dan frekuensi pembelian naik sembilan kali lipat.

Sebelumnya, Direktur Industri Hilir dan Farmasi Kemenperin Tri Ligayanti mengatakan salah satu pendorong pertumbuhan perekonomian kuartal kedua tahun ini adalah naiknya pengeluaran produk perawatan kulit atau skincare. Peningkatan konsumsi varian kosmetik tersebut diduga dimulai pasca-Lebaran 2025 atau awal kuartal kedua.

Ia memproyeksikan tren pertumbuhan konsumsi kosmetik akan berlanjut hingga akhir tahun. Dengan demikian, pasar industri kosmetik tahun ini diperkirakan mencapai US$ 9,7 miliar atau Rp 158,7 triliun.

"Industri kosmetik yang masuk dalam kategori Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia tumbuh susut hingga 5,91% tahun lalu. Diharapkan industri kosmetik dapat tumbuh positif pada tahun ini seiring peningkatan tren konsumsi," kata Ligayanti kepada Katadata.co.id, Rabu (6/8).


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Baca juga:

thumb
thumb
thumb
thumb
thumb
Berhasil disimpan.