Banjir dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah di Sumatera. Siklon Tropis Senyar menjadi penyebab hujan deras hingga memicu banjir dan longsor di wilayah tersebut.
Ada sejumlah kisah di balik bencana alam tersebut. Mulai bayi yang disusui istri polisi hingga kisah pilu seorang istri yang kehilangan suaminya.
Berikut kumparan merangkumnya.
Cerita Istri Polisi Susui Bayi yang Terpisah dari IbunyaTangisan bayi dalam gendongan neneknya pecah di antara sibuknya Posko Kesehatan dan Dapur Umum Desa Marsada, Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Bayi itu masih berusia satu bulan, dan sang nenek kebingungan mencari ibu sang bayi yang terpisah, masih terjebak longsor.
Di tengah keriuhan posko, Yana Hanafi--seorang Bhayangkari atau istri personel Polri Tapanuli Selatan mendekat ke bayi dan nenek itu. Ia minta persetujuan untuk menyusui sang bayi.
“Saat melihat bayi itu menangis, saya seperti melihat anak saya sendiri. Saya hanya memikirkan satu hal, dia harus segera ditenangkan, dan dia harus minum,” ucap Yana, Istri Brigadir Hanafi Ramadan Nasution yang bertugas di Propam Polres Tapanuli Selatan itu, lewat keterangan yang dibagikan Polda Sumut, Sabtu (29/11).
“Selama saya bisa membantu, saya lakukan tanpa ragu,” tambah perempuan kelahiran Padangsidimpuan itu.
Bahagianya Bisa Telepon KeluargaJaringan internet dan telepon terputus imbas banjir-longsor yang terjadi di Sumatera Utara. Beberapa hari sejak musibah itu terjadi, mereka tak bisa menghubungi keluarga masing-masing karena jaringan yang terputus.
Masa ketidakpastian itu akhirnya berakhir ada bantuan layanan telepon darurat yang diberikan. Warga bergegas menghubungi sanak keluarga mereka. Tangis haru pun pecah.
Layanan darurat itu diberikan oleh Polres Tapanuli Tengah di GOR Pandan, Jumat (28/11). Mereka menggunakan jaringan Starlink, menyambung kembali komunikasi para warga yang terputus ini.
Tampak beberapa warga bergantian menggunakan ponsel milik polisi untuk menghubungi sanak saudaranya.
"Pakai hp Pak Kapolres," ucap salah seorang warga saat berbincang dengan keluarganya, dilihat dari akun Instagram resmi Polda Sumatera Utara, dilihat Sabtu (29/11).
Para korban kebanyakan menyampaikan kabar kondisi terkini mereka. Memastikan, bahwa mereka ada dalam kondisi aman.
Mereka juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para polisi atas bantuan internet dan jaringan yang diberikan.
Pesan Terakhir Suami saat BanjirAir mata Ratna Wati (32) tak terbendung usai ia salat di musala posko pengungsian Kantor Lurah Silaing Bawah, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, Sabtu (29/11).
Ia memandang anak perempuan bungsunya yang masih berusia tiga tahun. Lirih ia berkata "Nanti kita berkumpul di surga, nak,".
Ia kena musibah, rumahnya disapu banjir, begitu pula dengan suaminya Reki Saputra (38) dan kakaknya Maryulis (50) yang turut hanyut.
Sehabis zuhur, siang itu, keduanya baru saja dimakamkan. Reki dan Maryulis, jadi korban keganasan banjir bandang yang menerjang Silaiang Bawah, tepatnya di gapura perbatasan Kota Padang Panjang.
"Semoga saya bisa melewati ujian ini," kata Ratna kepada kumparan.
"Sudah tiga hari berturut-turut air mata saya berlinang. Tapi saya mencoba kuat, demi anak-anak dan mentalnya," tambahnya.
Ratna adalah sosok seorang ibu empat orang anak. Usia anak-anaknya terbilang masih belia, 12 tahun, 10 tahun, enam tahun dan si kecil tiga tahun.
Baru beberapa hari sang ayah tiada, anak-anak Ratna selalu bertanya. Mereka benar-benar kehilangan sosok ayah.
Ratna masih tidak menyangka, Rabu (26/11) malam atau sehari sebelum kejadian bencana, menjadi momen terakhir ia bertemu suami tercinta. Ia mengenang Reki, yang tergesa-gesa pulang dari tempatnya bekerja.
Begitu sampai, Reki meminta Ratna untuk mengemasi barang dan membawa anak-anak mereka pergi. "Suami saya menyuruh mengungsi malam itu. Karena cuaca sudah tidak aman," ucapnya.
"Bawa semuanya ke atas mobil, orang tua, kakak. Anak-anak selamatkan, saya di sini saja, di rumah, memantau air (sungai)," kata Ratna mengulang kalimat suaminya meminta menjauh dari rumah.
Beberapa jam setelah musibah itu datang, jasad Reki langsung ditemukan sudah tidak bernyawa. Tubuhnya terseret beberapa kilometer dari titik rumahnya.
Kabar yang ditakutinya itu datang hingga nyaris membuatnya pingsan. Ditambah banyak orang-orang yang mengirimkan foto seseorang yang mirip dengan suaminya ditemukan meninggal.
Jenazah Reki dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Padang. Ratna pada saat itu tidak bisa langsung berjumpa jasad suami, karena kondisi jalan Padang-Bukittinggi yang putus total.




