227 Film dari 43 Negara Tayang di JAFF 2025, Menbud: Saatnya Benahi Arsip Film Nasional

voi.id • 22 jam yang lalu
Cover Berita
Menbud Fadli Zon buka gelaran JAFF 2025 (Dok. Kemenbud)

YOGYAKARTA – Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon resmi membuka rangkaian acara Jogja-NETPAC Asian Film Festival atau JAFF 2025 pada Sabtu 29 November di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas UGM. Di gelarannya yang ke-20, festival sinema Asia terbesar di Indonesia ini menayangkan 227 film dari 43 negara selama 29 November–6 Desember 2025.

Fadli menyebut tema “Transfiguration” mencerminkan perubahan besar dalam ekosistem film Indonesia dan Asia. “Karya budaya, kreativitas, dan inovasi sinema terus berevolusi,” ujarnya. Ia menilai konsistensi JAFF sejak 2006 menjadi bukti kuatnya ruang dialog budaya yang dibangun komunitas film.

Tahun ini JAFF menerima 894 submisi film, sinyal meningkatnya kepercayaan dunia terhadap kurasi Indonesia. Fadli juga menyoroti posisi Indonesia sebagai negara megadiversity dengan 1.340 etnis dan 718 bahasa daerah, menjadikan film alat penting untuk merekam ingatan kolektif dan memperkenalkan identitas bangsa.

Pemerintah, kata Fadli, berkomitmen mendorong industri film melalui penguatan kolaborasi dan pemanfaatan warisan budaya. Sepanjang 2025 tercatat 150 produksi film, 144 di antaranya tayang di bioskop, dengan total 75 juta penonton dan pangsa pasar nasional 70 persen.

Direktur JAFF, Ifa Isfansyah, menekankan pentingnya strategi pengarsipan film. “Film adalah artefak budaya. Kita ingin karya hari ini bisa diakses generasi mendatang,” ujarnya. Menanggapi itu, Fadli menegaskan penguatan arsip film menjadi agenda kementerian, termasuk restorasi film lama dan penataan arsip yang tersebar di berbagai pemilik hak.

Festival Founder Garin Nugroho menambahkan, JAFF telah melahirkan tenaga ahli baru—kurator, programmer, hingga pengelola festival—yang kini berjejaring dengan komunitas film Asia dan dunia.

Pembukaan JAFF dihadiri sejumlah duta besar, kepala daerah, dan pelaku industri. Fadli juga kembali mendorong pembangunan museum film nasional yang representatif agar publik dapat mempelajari sejarah perfilman Indonesia secara terbuka.

“JAFF harus terus menjadi ruang transfigurasi budaya dan motor ekosistem sinema Asia,” kata Fadli menutup sambutan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Baca juga:

thumb
thumb
thumb
thumb
thumb
Berhasil disimpan.