Produsen pesawat Airbus menarik kembali (recall) 6.000 pesawat A320 untuk dilakukan perbaikan pada perangkat lunaknya. Sebanyak 38 pesawat milik enam maskapai Indonesia terkenal recall tersebut dan berpotensi mengganggu jadwal hingga membatalkan penerbangan akhir tahun.
Penarikan ini mengancam kekacauan penerbangan selama akhir tahun, di mana merupakan masa tersibuk karena banyaknya negara yang menetapkan libut Thanksgiving dan natal. Dikutip dari Reuters, Minggu (30/11), pesawat dapat terbang kembali setelah melakukan perbaikan. Namun, proses perbaikan tersebut dapat menyebabkan penundaan atau pembatalan penerbangan.
Analis penerbangan yang berbasis di Asia, Brendan Sobie, mengatakan bahwa pembaruan tersebut "tidak semrawut yang mungkin dipikirkan sebagian orang," meskipun "memang menimbulkan beberapa masalah jangka pendek bagi operasional."
CEO Airbus, Guillaume Faury, meminta maaf kepada maskapai dan penumpang setelah penarikan mendadak 6.000 pesawat. Produksi model pesawat A320 global paling banyak dikirim di industri penerbanan, melampaui Boeing 737.
"Saya ingin meminta maaf dengan tulus kepada pelanggan dan penumpang maskapai kami yang terdampak saat ini," tulis Faury di LinkedIn.
Peringatan hari Jumat tersebut menyusul hilangnya ketinggian yang tidak disengaja pada penerbangan JetBlue tanggal 30 Oktober dari Cancun, Meksiko, ke Newark, New Jersey, yang melukai 10 penumpang, menurut badan kecelakaan BEA Prancis, yang sedang menyelidiki insiden tersebut.
38 Pesawat Maskapai RI TerdampakDi Indonesia, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan menginstruksikan kepada seluruh operator penerbangan agar pesawat yg dioperasikan memiliki komputer Aileron Elevator (ELAC) yang "layak pakai" sebelum penerbangan selanjutnya. Arahan ini didasarkan pada pesan Airbus pada 28 November 2025 kepada semua operator penerbangan.
"Kondisi ini diperkirakan akan menyebabkan gangguan penerbangan mengingat banyaknya pesawat A320 yang beroperasi di Indonesia dan juga armada sejenis di seluruh dunia," ujar Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F. Laisa dikutip dari keterangan resmi.
Ditjen Hubud telah berkoordinasi dengan 6 maskapai penerbangan di Indonesia yang mengoperasikan pesawat terbang dengan jenis A320, yaitu Batik Air, Super Air Jet, Citilink Indonesia, Indonesia Airasia, Pelita Air dan Transnusa. Total pesawat berjumlah 207 pesawat dan yang beroperasi sebanyak 143 pesawat. Namun demikian, pesawat yang terdampak dengan perintah Kelaikudaraan ini berjumlah 38 pesawat, lebih kurang 26 % dari total pesawat yang beroperasi.
Pihak maskapai sedang melakukan perbaikan pesawat yang terdampak dalam rangka memenuhi perintah Kelaikudaraan ini dan segera melakukan mitigasi jika terjadinya penundaan maupun pembatalan penerbangan. Perbaikan pesawat terdampak diperkirakan akan memerlukan waktu 3 hingga 5 hari sejak informasi ini diterbitkan.
"Kami menghimbau kepada masyarakat yang telah memiliki tiket penerbangan pada tanggal 30 November sampai dengan 4 Desember 2025, agar segera melakukan konfirmasi jadwal keberangkatan pada masing-masing Airline," kata Lukman.
Lukman juga menyampaikan agar seluruh pengelola bandar udara dan maskapai penerbangan melakukan penyesuaian operasional secara cermat apabila terjadi penundaan (delay) dan pembatalan (cancel) penerbangan dengan tetap memprioritaskan keselamatan penerbangan sebagai aspek utama serta memastikan seluruh prosedur mitigasi risiko dijalankan secara konsisten.