FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Pegiat media sosial, Tifauzia Tyassuma atau yang akrab disapa Dokter Tifa kembali menyorot ke mantan Presiden Joko Widodo.
Sorotan ini disampaikan Dokter Tifa melalui cuitan di akun media sosial X pribadinya dengan menyebut ini sebagai renungan.
Menurutnya hadirnya isu baru dan masih jadi pembahasan isu lama, seperti Bandara Morowali dan ijazah palsu yang dikaitkan dengan Jokowi.
Tifa menyebut ini sebagai dua simbol yang ketertutupan yang saat ini jadi bayang-bayang di Indonesia.
“Bandara Morowali dan Ijazah Jokowi: Dua Simbol Ketertutupan yang Membayangi Negeri,” tulisnya dikutip Minggu (30/11/2025).
Soal ijazah palsu yang masih bergulir sampai saat ini disebutnya sebagai tanda ketertutupan namun bangsa ini tidak bodoh.
Dokter Tifa menyebut, saat ini ada dua kisah besar yang kini bergaung di kepala rakyat Indonesia:
Bandara Morowali dan ijazah mantan Presiden Jokowi.
Sekilas, keduanya tampak seperti dua dunia yang berbeda. Yang satu urusan infrastruktur, yang satu urusan legalitas pendidikan. Yang satu berada di kawah industri nikel, yang satu berada di masa lalu seorang pemimpin.
“Tapi bangsa ini tidak bodoh. Bangsa ini paham ketika dua hal berbeda sebenarnya berbicara tentang pola yang sama: Ketertutupan. Ketidakjujuran,” ungkapnya.
Sementara untuk bandara di Morowali, menurutnya sampai saat ini masih terus mencari titik terang terkait siapa yang punya kendali sekaligus kuasa.
“Bandara Morowali: Ketika Negara Bertanya: Siapa yang Sebenarnya Berkuasa? Ketika publik mulai mempertanyakan siapa yang mengendalikan bandara itu, izin, operasional, kepemilikan, dan jejaring kepentingan di baliknya, Hingga publik terhenyak ketika Menhan pemerintah yang baru, dengan geram menyebut adanya “negara dalam negara”, publik semakin resah. Kalimat itu bukan hal sepele.
Kalimat itu membuka pintu pertanyaan tentang,” tuturnya.
“Transparansi, kedaulatan, dan siapa yang benar-benar memegang kendali di lokasi strategis seperti Morowali. Dan bangsa pun teringat satu hal lain yang tak pernah diberi jawaban terang-benderang,” tambahnya.
Karena alasan inilah, Dokter Tifa menyorot soal dua isu panas yang dikaitkan dengan mantan Presiden RI ketujuh itu. Sampai saat ini, soal dua isu yang muncul ini sulit untuk mendapatkan penjelasan rinci yang mengarah ke berbagai hal.
Soal Ijazah Jokowi.
Menurut dokter Tifa, sebagian rakyat bertanya sejak lama, mengapa sesuatu yang sesederhana verifikasi ijazah bisa menjadi isu nasional yang tidak pernah selesai? Mengapa jawaban itu tidak diberikan secara tuntas, terbuka, dan final?
“Isu ijazah itu bukan soal pendidikan. Bukan soal gelar. Bukan soal IPK. Itu soal kejujuran orang yang pernah berkuasa kepada rakyatnya,” paparnya.
Nah ketika Morowali muncul ke permukaan dengan segala keanehan kepengurusannya, publik spontan menghubungkannya dengan pola yang mereka lihat sejak era Jokowi.
“Keputusan-keputusan besar tanpa penjelasan rinci, relasi kekuasaan yang tidak transparan, informasi-informasi dasar yang sulit diakses, dan ketertutupan yang terlalu tebal untuk sebuah republik,” sebutnya.
“Maka wajar ketika masyarakat bertanya: Apakah kita sedang melihat dua wajah dari masalah yang sama?
Apakah Bandara Morowali adalah cermin dari gaya tata kelola yang sama dengan misteri ijazah itu, sebuah budaya politik yang menjadikan ketertutupan dan kebohongan sebagai regulasi kekuasaan?,” lanjutnya.
Dia menyebut, dirinya tidak menilai pribadi melainkan menilai pola. Karena bangsa bergerak bukan oleh individu, tetapi oleh mentalitas kekuasaan.
“Ijazah Jokowi menjadi tanda. Bandara Morowali adalah fakta. Dua-duanya mengajarkan satu hal:
rakyat haus keterbukaan. Rakyat membutuhkan kejelasan. Rakyat merasa selama ini diajak hidup dalam kebijakan yang penuh penyelubungan,” sebutnya.
“Dan ketika selubung itu mengitari seorang mantan presiden, lalu menyelimuti pula sebuah bandara strategis, bangsa bertanya: Apakah ada sesuatu yang jauh lebih besar dari yang terlihat?
Apakah kita sedang melihat pola ketertutupan sistemik yang terbentuk selama 10 tahun terakhir?,” terangnya.
Dalam penjelasannya itu, Tifa menyebut apa yang disampaikannya ini bukan tuduhan dan vonis.
Namun, ini menjadi pertanyaan besarnya sebagai warna negara Indonesia soal dua isu panas ini dan lebih adanya keterbukaan.
“Ini bukan tuduhan. Juga bukan sebuah vonis. Yang ada hanyalah permintaan moral anak bangsa kepada pemimpinnya: Buka semuanya. Jelaskan semuanya. Karena tanpa keterbukaan, negara ini akan terus tersandera dalam kabut kebohongan demi kebohongan. Hasbunallah wani’mal wakil. Ni’mal maula wani’man nashiir. Laa haula wala quwwata ila billah,” pungkasnya. (Erfyansyah/fajar)