Jembatan dan jalan nasional berdampak pada terputusnya akses utama, termasuk jalur Banda Aceh–Lhokseumawe serta jalur perbatasan Aceh–Sumatera Utara di Aceh Tamiang. Daerah Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Bener Meriah masih belum dapat diakses melalui jalur darat.
EtIndonesia. Pada hari kedua pasca penetapan status tanggap darurat bencana akibat banjir dan longsor di Provinsi Aceh, ada sebanyak 47 korban meninggal dunia, 51 orang hilang, serta 8 orang luka-luka.
Sedangkan, jumlah pengungsi mencapai 48.887 kepala keluarga yang tersebar di berbagai wilayah, dengan sebaran tertinggi di Aceh Utara, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Aceh Singkil.
“Untuk wilayah Aceh ada 47, kemudian 51 masih hilang dan 8 luka-luka. Ini akan berkembang terus datanya, karena ada operasi SAR gabungan yang kemungkinan akan terus menemukan korban,” terang Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto, Sabtu (29/11/2025).
BNPB juga mencatat Wilayah yang mencatatkan jumlah korban terbanyak meliputi Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tenggara, dan Aceh Tengah, dengan sebaran korban meninggal juga ditemukan di Pidie Jaya, Bireun, Gayo Lues, Subulussalam, hingga Lhokseumawe.
Dampak kerusakan infrastruktur dan gelombang pengungsian yang masif terjadi di berbagai titik vital. Kabupaten Aceh Utara menjadi wilayah dengan dampak pengungsian terbesar, di mana banjir yang melanda 19 kecamatan telah memaksa lebih dari 44.350 jiwa untuk mengungsi serta merendam belasan ribu unit rumah.
Sementara itu, Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah menghadapi situasi kritis akibat kombinasi banjir dan longsor yang masing-masing merenggut 16 nyawa. Di sisi lain, Kabupaten Aceh Tenggara mencatat angka orang hilang yang cukup tinggi, yakni sebanyak 25 orang yang masih dalam proses pencarian.
Banyaknya kerusakan jembatan dan jalan nasional berdampak pada terputusnya akses utama, termasuk jalur Banda Aceh–Lhokseumawe serta jalur perbatasan Aceh–Sumatera Utara di Aceh Tamiang.
Hingga kini, beberapa daerah seperti Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Bener Meriah masih belum dapat diakses melalui jalur darat.
BNPB telah mengaktifkan dukungan komunikasi darurat menggunakan jaringan satelit Starlink di sejumlah titik, terutama di wilayah yang terisolir jaringan.
Pengiriman logistik dilakukan melalui udara menggunakan helikopter dan pesawat Cessna Caravan untuk menjangkau daerah yang tidak dapat diakses melalui jalur darat.
Bantuan Presiden berupa alat komunikasi, tenda, genset, perahu karet, makanan siap saji, dan perlengkapan keluarga telah tiba di Aceh dan sebagian besar telah didistribusikan ke 17 kabupaten/kota terdampak. Dua helikopter BNPB juga telah dikerahkan dari Bandara Sultan Iskandar Muda untuk mendukung distribusi ke titik-titik kritis.
Hingga Sabtu (29/11), berbagai bantuan strategis telah tiba, mencakup 500 dus mi instan, 28 unit perangkat komunikasi canggih Starlink, 28 unit genset untuk pasokan listrik darurat, serta peralatan evakuasi vital seperti perahu karet dan tenda pengungsi. Logistik permakanan tambahan berupa paket Family Food (Eprokal dan Naraga) juga telah disiapkan dalam jumlah besar untuk memastikan kebutuhan gizi para pengungsi terpenuhi.
Penyaluran bantuan ini bergerak cepat menyasar daerah-daerah yang terdampak parah serta mendukung operasional petugas di lapangan. Wilayah seperti Pidie Jaya, Pidie, Bireun, dan Aceh Barat telah menerima pasokan prioritas berupa tenda, perahu karet LCR, genset, dan logistik makanan.
Selain itu, dukungan operasional berupa perangkat Starlink dan genset juga telah didistribusikan kepada satuan militer setempat, seperti Yonif 113/JS dan Korem 012/TU, guna memastikan kelancaran komunikasi dan koordinasi penanganan darurat di lokasi bencana yang sulit dijangkau. (***)