Peristiwa terkait pada kasus penculikan anak yang dalam beberapa waktu lalu sempat hilang dan ditemukan dalam keadaan meninggal menjadi permasalahan yang mengguncang batin saya sebagai warga negara. Peristiwa tersebut diketahui menghadirkan suatu duka mendalam sekaligus memberikan suatu refleksi yang panjang mengenai kondisi sosial bagi masyarakat saat ini. Saya memahami terkait pada kasus yang terjadi tersebut bukan hanya sebagai tragedi semata, tetapi juga sebagai suatu bukti bahwa lemahnya pemahaman atau pengaplikasian nilai-nilai Pancasila pada kehidupan sehari-hari.
Kasus ini diketahui bermula dari hilangnya anak saat melakukan aktivitas secara umumnya yang dilakukan dengan secara individual atau Mandiri. Kondisi tersebut diketahui berubah saat diketahui anak tersebut tidak pulang dan tidak ada satu orang pun yang tahu mengenai keberadaannya. Pencarian tidak hanya dilakukan oleh pihak keluarga, tetapi juga dilakukan oleh masyarakat, dan juga pihak penegak hukum. Upaya dicarinya informasi terkait pada keberadaan anak melalui CCTV disebarkannya poster yang mengumumkan kehilangan anak serta dimanfaatkannya media sosial dengan cara yang maksimal. Namun, seiring waktu berjalan tidak ada kabar baik yang diterima.
Bulan demi bulan telah berlalu, dan masyarakat diketahui Terus Berharap terhadap sebuah keajaiban. Namun realitas yang dihadapi pahit yang menghadirkan suatu pemahaman bahwa Harapan tidak selalu sejalan pada kenyataan. Anak tersebut diketahui ditemukan pada kondisi tidak bernyawa, meninggalkan duka mendalam bagi pihak keluarga dan juga masyarakat luas yang mengikuti perkembangan kasus tersebut. Tragedi sekaligus diketahui membuka ruang untuk bertanya: bagaimana nilai-nilai Pancasila seharusnya bekerja dalam kehidupan bangsa apabila peristiwa seperti ini masih bisa terjadi?
1. Kemanusiaan yang Semakin Memudar
Ketika saya merenungkan nilai-nilai kedua dari Pancasila, saya merasa bahwa peristiwa tersebut menyajikan pemahaman betapa sebagai masyarakat belum secara sepenuhnya memegang secara secara kuat nilai-nilai terkait. Penculikan yang terjadi pada anak-anak dipahami sebagai suatu tindakan yang diketahui melanggar prinsip dari kemanusiaan. Tindakan tersebut tidak hanya menyakiti korban, tetapi juga dapat menghancurkan hidup keluarga yang ditinggalkan.
Nilai-nilai sila ke-2 menuntut hadirnya Suatu sikap untuk saling menghargai dan juga menjaga martabat pada tiap-tiap manusia. Namun, pada pola mic ini, tindakan dari pelaku menyajikan pemahaman bahwa nilai tersebut telah diabaikan. Saya melihat sebagai suatu fenomena yang sifatnya lebih besar yakni berkurangnya kepedulian secara sosial tindakan kriminal berbasis kesempatan yang mengalami peningkatan, serta benteng moral masyarakat yang mengalami Pelemahan.
2. Persatuan yang Diuji oleh Rasa Takut
Tragedi penculikan seperti ini diketahui menghadirkan suatu rasa takut dan kecemasan bagi masyarakat. Orang tua menjadi khawatir saat anak-anak beraktivitas di luar rumah, bahkan untuk kegiatan atau aktivitas yang sederhana seperti pergi ke tempat ibadah atau bermain di lingkungan sekitarnya. Pada konteks sila ketiga saya meninjau bahwa rasa takut tersebut dapat berpotensi mengikisnya suatu kohesi sosial. Ketika kepercayaan yang hadir antar warga negara mengalami penurunan maka persatuan pun turut melemah. Pada beberapa kasus, masyarakat diketahui dapat saling curiga, bahkan menaruh rasa curiga atau prasangka pada tetangga sendiri. Sedangkan semangat persatuan secara seharusnya diperkuat dengan kepercayaan dan juga kerjasama. Namun tragedi tersebut menyajikan pemahaman bahwa rasa aman sebagai suatu prasyarat persatuan sedang mengalami ujian yang besar.
3. Gotong Royong yang Masih Bertahan, Namun Belum Kokoh
Di balik rasa sedih dan juga kekhawatiran, saya melihat sisi yang lain dari masyarakat, yakni masih adanya semangat gotong royong dalam membantu upaya pencarian korban. Banyak warga negara yang turut menyebarkan informasi, turut melakukan pencarian, dan menghadirkan dukungan secara moral terhadap pihak keluarga terhadap. Hal tersebut mencerminkan nilai-nilai dari sila ke-5, melalui sikap Solidaritas. balik
Namun realitas juga menyajikan pemahaman bahwa gotong royong yang masih bersifat reaktif dan juga belum secara sepenuhnya terstruktur. Ketika kasus tersebut muncul di media sosial banyak pihak yang memanfaatkan keadaan tersebut dengan disebarkan yang informasi palsu untuk didapatkannya keuntungan secara individual. Pihak keluarga diketahui sempat menjadi korban penipuan oleh orang yang tidak bertanggung jawab yang mengaku sempat mengetahui keberadaan korban. Hal tersebut menandakan bahwa nilai dari gotong royong belum secara sepenuhnya menjadi suatu kesadaran kolektif. Masih hadirnya individu yang tega memanfaatkan momen duka atau penderitaan individu yang lain.
4. Keadilan sebagai Puncak Harapan
Bagi saya, sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, memiliki suatu peranan yang paling krusial pada upaya diselesaikannya kasus ini. Setelah ditemukannya korban dalam keadaan meninggal dunia, masyarakat berupaya menunggu kejelasan terkait pada proses hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak berwajib. Adanya suatu harapan besar agar pelaku memperoleh hukuman yang setimpal dan sesuai terhadap ketentuan atau hukum yang berlaku.
Keadilan tidak hanya untuk keluarga dan korban, tetapi juga terhadap keseluruhan masyarakat yang menginginkan rasa aman. Ketika pihak penegak hukum dapat melaksanakan tugasnya secara tegas, maka kepercayaan pada negara diketahui akan mengalami peningkatan. Namun jika terjadi sebaliknya masyarakat diketahui bisa menganggap bahwa negara tidak hadir dalam perannya memberikan perlindungan terhadap rakyatnya
Aparat kepolisian diketahui telah melaksanakan langkah secara signifikan, termasuk ditetapkannya tersangka, dilakukannya upaya penyelidikan secara keseluruhan hingga dilakukannya pemeriksaan secara forensik. Hal tersebut dipahami sebagai suatu langkah yang krusial, tetapi hasil akhirnya tetap ditunggu oleh masyarakat. Bagi saya, tegaknya suatu keadilan dalam kasus tersebut menjadi suatu representasi yang krusial bahwa negara bekerja sesuai dengan amanat pancasila.
5. Refleksi untuk Masa Depan
Peristiwa tragis tersebut memperlihatkan sebuah realitas baik bahwa nilai-nilai Pancasila kerap kali hanya menjadi hal yang dihafalkan, bukan diimplementasikan. Kita menghafal sila-sila sejak kecil, tetapi tidak selalu memaknainya atau memahami esensinya dalam kehidupan sehari-hari. Kasus ini mengingatkan saya betapa pentingnya untuk dapat diperkuatnya kembali pendidikan moral dan karakter, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Saya melihat bahwa fenomena tersebut secara harus berperan sebagai momentum untuk dapat diperbaikinya sistem keamanan lingkungan, ditingkatkannya kepekaan sosial, serta diperkuatnya pendidikan karakter. Tidak boleh ada lagi anak-anak yang menjadi korban sebab kelalaian atau kejahatan yang dilakukan dengan mudah akibat minimnya pengawasan secara sosial.
Pancasila tidak hanya berperan sebagai pedoman dalam kehidupan negara, tetapi secara harus berperan sebagai pedoman kehidupan. Setiap sila memiliki relevansi secara langsung pada upaya dicegahnya tindakan kriminal. Apabila kita benar-benar memahami esensi dan mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, gotong royong dan juga keadilan, maka ruang bagi kejahatan seperti penculikan diketahui akan semakin berkurang.
Pada akhirnya tragedi ini diketahui menjadi suatu pengingat bagi tiap-tiap masyarakat untuk dimiliki tanggung jawab secara moral pada sesama. Sebagai bagian dari masyarakat kita secara seharusnya memiliki kepekaan pada lingkungan dan juga memiliki kepedulian antar satu dengan yang lain. Sebagai penegak hukum atau aparat negara, secara harus melaksanakan tugasnya tanpa kompromi. Kemudian sebagai bangsa, kita secara harus memahami esensi dari Pancasila sebagai suatu fondasi Etik yang bukan hanya untuk diucapkan atau dihafalkan saja, tetapi juga untuk direalisasikan.
Saya harap peristiwa tragis tersebut menjadi suatu titik balik bagi kita semua untuk merealisasikan lingkungan yang lebih aman, lebih manusiawi, dan juga sejalan dengan esensi Pancasila. Hal tersebut sebab hanya dengan tindakan atau upaya tersebut kepercayaan dan juga harapan masyarakat dapat terealisasi kembali.