Mayoritas Bursa Asia menguat pada perdagangan di Jumat (28/11). Investor cenderung wait and see menyusuh rendahnya volume perdagangan global akibat libur dari Thanksgiving di Amerika Serikat (AS).
Dilansir Senin (1/12), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Bursa Korea Selatan menjadi sorotan dalam perdagangan kali ini:
- Hang Seng (Hong Kong): Turun 0,34% ke 25.858,89
- CSI 300 (China): Naik 0,25% ke 4.526,66
- Shanghai Composite (China): Naik 0,34% ke 3.888,60
- Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,17% ke 50.253,91
- Topix (Jepang): Naik 0,29% ke 3.378,44
- Kospi (Korea Selatan): Turun 1,51% ke 3.926,59
- Kosdaq (Korea Selatan): Naik 3,71% ke 912,67
Bursa Asia kekurangan momentum untuk bergerak agresif dengan tidak adanya petunjuk kuat dari pasar saham dari Amerika Serikat. Namun fokus global tetap tertuju pada arah kebijakan moneter dari sejumlah bank sentral, termasuk Federal Reserve (The Fed).
Ketidakpastian mengenai waktu dan besaran potensi pelonggaran suku bunga dari bank sentral membuat pelaku pasar memilih menahan posisi untuk melakukan investasi secara besar-besaran dalam pasar saham, termasuk di Asia.
Dari Korea Selatan, kinerja industri yang mengecewakan pada sektor produksi semikonduktor turut menekan kepercayaan investor dalam sektor yang berorientasi teknologi. Kondisi ini menambah tekanan pada sentimen pasar yang sudah tipis karena minimnya aktivitas perdagangan.
Dari Jepang, data inflasi inti yang masih berada di atas target memicu ekspektasi kenaikan suku bunga dari Bank of Japan (BOJ). Prospek tersebut memberi tekanan pada valuasi saham, terutama dalam sektor teknologi dan perusahaan berbasis pertumbuhan, sehingga sebagian investor memilih menunggu kejelasan lebih lanjut.
Baca Juga: Waskita Karya Rampungkan Transaksi Divestasi Saham Jalan Tol Cimanggis-Cibitung Senilai Rp3,28 Triliun
Secara keseluruhan, i saham terkait kecerdasan buatan (AI) dan perusahaan semikonduktor mengalami tekanan. Tanpa adanya katalis positif yang kuat, banyak investor menunda aksi beli besar, membuat sektor yang biasanya diuntungkan oleh tren transformasi digital dan pertumbuhan akal imitasi terbebani di Asia.