JAKARTA - Penulis dan sutradara senior, Monty Tiwa menekankan pentingnya memperkaya literasi dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya bagi yang ingin berkarya, literasi juga punya peran vital dalam pengembangan karier.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara di acara Teman Literasi Sixerhood (Telisix) yang berlangsung di SMAN 6 Jakarta, 28 dan 29 November. Baginya, literasi adalah kunci sukses untuk bertahan hidup.
"Kita udah keseringan bilang tentang pentingnya literasi dalam berbagai hal. Simpelnya, kalau mau hidup harus ya harus punya literasi. Itu salah satu kebutuhan dasar manusia," tuturnya dalam sesi diskusi tersebut.
Bekal literatur yang cukup punya andil terhadap kesuksesan Monty Tiwa yang dikenal sebagai sineas multi-genre. Ia bahkan mengaku lebih senang memperkenalkan diri sebagai penulis ketimbang sutradara, karena kecintaan yang mendalam pada literatur.
Suasana jadi sorai saat sang sutradara menawari para murid untuk magang dan belajar film bersamanya. "Khusus anak SMA 6 jalur prioritas magang di tempat gue untuk belajar film," serunya.
Sutradara film Mendadak Dangdut hingga GJLS ini juga berbagi tips bagi yang ingin terjun sebagai filmmaker. Ada satu hal penting yang ia tekankan sebagai prinsip awal jadi sutradara.
"Kalau bangun tidur kalian pengen cerita ke orang, itu udah setengah jalan menuju filmmaking. Jadi harus tahu ingin menyampaikan apa dulu, karena film itu kan hanya medium," tuturnya.
Di sesi tersebut, hadir juga Nadya Arina juga berbagi tentang pengalamannya belajar literasi dan berkarya sejak di bangku SMA. Menurutnya, pengalaman itu banyak membantunya lebih percaya diri saat pertama terjun ke dunia hiburan.
"Di zaman aku dulu ada mata pelajaran TVC, jadi kita kerja kelompok untuk bikin video klip. Dari situ mulai coba akting dan ikut casting di salah satu stasiun televisi," kenangnya.
Sebagai sesama lulusan SMA 6, Monty Tiwa dan Nadya Arina bekerja sama di sejumlah project termasuk di film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu yang cukup eksploratif dan banyak dibicarakan karena keunikannya.