Pantau - Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (PPT PPA) Kabupaten Lumajang mendorong adanya pendampingan khusus bagi anak-anak dan perempuan di posko pengungsian Gunung Semeru.
Ketua PPT PPA Lumajang, Dewi Natalia, menyatakan, "Pemulihan psikologis penyintas erupsi Semeru harus dimulai dari perlindungan kelompok rentan".
PPT PPA menegaskan bahwa anak-anak, perempuan, dan lansia merupakan kelompok yang paling rawan menghadapi tekanan emosional sehingga membutuhkan bentuk dukungan yang spesifik dan berkelanjutan.
Kondisi mental kelompok rentan kerap terpinggirkan dalam prioritas penanganan bencana padahal mereka mengalami kehilangan mendadak, ketidakpastian, dan paparan kondisi darurat berkepanjangan yang berpotensi menimbulkan dampak psikologis jangka panjang.
Dewi menjelaskan, "Anak-anak membawa trauma yang tidak selalu terlihat dari perilakunya, kemudian perempuan sering memikul beban emosional keluarga dan lansia menyimpan kecemasan yang sulit mereka ungkapkan".
PPT PPA menilai bahwa intervensi psikososial tidak dapat dilakukan secara umum karena tiap kelompok rentan membutuhkan pendekatan berbeda.
Dewi menekankan, "Tanpa dukungan yang dirancang khusus, kelompok rentan berpotensi mengalami gangguan psikologis yang menghambat proses pemulihan sosial, ekonomi, dan pendidikan".
PPT PPA menegaskan pentingnya layanan psikososial berkesinambungan mulai dari asesmen psikososial, konseling, hingga pendampingan berjenjang sesuai perkembangan kondisi penyintas.
Kegiatan trauma healing yang dilakukan PPT PPA merupakan bagian dari strategi pemetaan kebutuhan psikologis tiap kelompok rentan, bukan sekadar aktivitas pemulihan emosional.
Intervensi dilakukan melalui permainan terapeutik untuk anak, sesi ekspresi diri bagi perempuan, dan pendekatan relaksasi untuk lansia dengan tujuan mengembalikan rasa aman serta memperkuat kemampuan adaptasi.
Dewi menyampaikan, "Pemulihan mental tidak cukup dilakukan dalam satu kali kunjungan. Ia harus dibangun melalui sistem pendampingan yang konsisten, berbasis bukti lapangan, dan disesuaikan dengan dinamika psikologis penyintas".
Dewi juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor antara pemerintah daerah, tenaga kesehatan, lembaga perlindungan sosial, dan relawan agar pendampingan tidak terputus di tengah jalan.
Dewi menegaskan bahwa, "Tanpa itu, intervensi psikososial berisiko terputus di tengah jalan, sehingga Pemkab Lumajang memastikan bahwa penguatan perlindungan kelompok rentan akan menjadi bagian utama dari strategi pemulihan pascaerupsi Semeru".
Pendekatan tersebut tidak hanya bertujuan meredakan trauma, tetapi juga membangun ketahanan psikologis masyarakat agar lebih siap menghadapi proses pemulihan jangka panjang.