Aceh Tamiang masih terisolasi hingga Senin (1/12) siang. Sejumlah daerah masih banjir, daerah lainnya masih tak bisa diakses karena jalan terputus.
Icut, salah satu warga asli Tamiang, bercerita kondisi di sana sangat mengkhawatirkan. Bantuan masih minim, sementara stok kebutuhan mendasar menipis.
Icut saat ini tinggal di Banda Aceh, tapi seluruh keluarganya tinggal di Aceh Tamiang. Ia hanya bisa sesekali berkomunikasi untuk update kondisi terkini karena internet dan listrik minim.
"Saat ini mereka sudah 7 hari di pengungsian, bantuan baru sekali tiba, masih minim," kata Icut melalui sambungan telepon.
Bahkan untuk pakaian saja, para warga Aceh Tamiang itu hanya punya sehelai. Tidak ada lagi yang tersisa dihantam bencana.
"Mereka hanya punya pakaian di badan dan sudah 7 hari mereka pakai pakaian yang itu itu aja yang menempel," kata dia.
Saat ini, banjir di sejumlah titik sudah mulai surut. Namun di daerah lain seperti di Arum Manis, ketinggian air masih setinggi dada orang dewasa.
Sementara di kampung halamannya di Desa Lintang Kota Atas, air sudah surut sejak kemarin. Namun akses jalan masih terputus total.
Kayu-kayu, reruntuhan rumah, genting-genting berserakan kini menyelimuti jalan.
"Selain makanan, air bersih, alas tidur, selimur, obat, hingga peralatan bayi, warga juga butuh sandal. Banyak sekali puing puing berserakan dan berbahaya," jelas dia.