EtIndonesia. Kais Sadeqi lulus dari Boston University, Amerika Serikat, dengan gelar sarjana di bidang LT (teknologi). Dengan ijazah dari universitas ternama dan bekal ambisi besar, dia awalnya yakin bisa meraih prestasi gemilang di dunia teknologi.
Namun di Amerika, orang-orang dengan keahlian seperti dirinya jumlahnya terlalu banyak. Melalui rekomendasi seorang teman, dia akhirnya memutuskan pergi seorang diri ke kota gurun yang penuh keajaiban—Dubai.
Delapan Tahun yang Hampa
Di Dubai, Sadeqi bekerja selama delapan tahun. Dia tekun, menguasai pekerjaannya, dan memberikan yang terbaik. Namun kenyataannya tidak seindah harapannya.
Sementara rekan-rekannya satu per satu menjadi ahli industri atau naik jabatan menjadi direktur,
Sadeqi tetap berada di posisi yang sama.
Dia mulai gelisah. Dia tidak tahu apa yang salah—padahal dia sudah bekerja keras.
Hobi yang Mengubah Nasib
Di luar pekerjaan, Sadeqi memiliki satu kegemaran ringan: menulis cerita-cerita kecil bertema kehidupan sehari-hari.
Untuk mengisi waktu luang, dia sering mengunjungi toko buku besar di Dubai, berkenalan dengan berbagai kalangan pecinta budaya.
Suatu hari, dia mendengar informasi menarik:
- Dubai dipenuhi para profesional internasional yang sangat sibuk.
- Anak-anak mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan merasa bosan.
- Buku bacaan mereka mayoritas berbahasa Inggris.
- Buku dalam bahasa Arab sangat sedikit peminatnya.
- Para budayawan lokal mulai cemas tentang hilangnya identitas budaya mereka.
Ketika Sadeqi melihat buku-buku Arab yang kurang diminati itu, dia menyadari: isi bukunya sebenarnya bagus, tetapi gaya penyampaiannya tidak sesuai dengan ritme baca masyarakat modern, terutama di kota internasional seperti Dubai.
Dia berpikir—mengapa tidak membuat versi yang lebih ringan, visual, dan mudah dicerna?
Ide Gila yang Menjadi Terobosan
Dia mengajukan ide kepada penerbit: mengubah cerita rakyat setempat menjadi bentuk komik.
Gagasan itu langsung menarik perhatian banyak pihak.
Atas saran toko buku, dia mengadaptasi kisah rakyat “Cincin Emas” (Gold Ring), yang menceritakan tradisi para penjaga elang di gurun, menjadi naskah komik.
Temannya—mangaka Jepang Akira Himekawa—bersedia menggambar visualnya. Untuk pertama kalinya, sebuah komik modern khas Jepang hadir di kota Arab.
Hasilnya?
Ledakan Besar di Dunia Literatur Dubai
Begitu dirilis, “Cincin Emas” langsung meledak di pasaran.
Komik itu menjadi fenomena baru di Dubai:
- dicari berbagai penerbit,
- menjadi koleksi favorit anak-anak,
- digunakan sebagai bahan pengajaran di sekolah,
- memenangkan Dubai Book Award.
Dalam waktu kurang dari setahun, karier Sadeqi berubah total. Dia meninggalkan dunia LT yang selama ini dia geluti, dan menjadi penulis naskah komik profesional.
Kini dia memiliki studio komik independen.
Dia sering bercanda: “Masa depan saya—benar-benar saya ‘gambar’ sendiri.”
Pelajaran Hidup: Kunci Sukses di Tangan Kita Sendiri
Mungkin kamu punya:
- keahlian hebat,
- ijazah tinggi,
- kemampuan yang kuat, tetapi tetap tidak menemukan pintu menuju kesuksesan.
Bukan karena takdir mempermainkanmu— melainkan karena arah kariermu belum tepat.
Kisah Sadeqi memberi pesan penting:
Kunci keberuntungan itu sebenarnya sudah ada di tangan kita. Yang menentukan adalah apakah kita berani membuka cara pandang baru dan menyelaraskan kemampuan dengan kebutuhan dunia nyata.
Kadang, keberhasilan bukan hanya soal kemampuan, tetapi soal keberanian untuk melangkah keluar dari jalur lama dan menemukan “pintu” yang paling cocok untuk kita.(jhn/yn)