Dua alat Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini erupsi Gunung Semeru rusak akibat diterjang awan panas bulan lalu. Dua EWS berupa sirine yang rusak itu di Desa Sumberurip, Kecamatan Candipuro, dan Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Lumajang, Isnugroho.
"Iya, benar," kata Isnugroho saat dikonfirmasi, Senin (1/12).
Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Lumajang, Sultan Syafaat, mengatakan saat erupsi Semeru terjadi, EWS tersebut masih bisa berfungsi dan memberikan peringatan kepada warga.
"Pada saat kejadian EWD berfungsi, kan tidak ad korban jiwa kita karena EWS berfungsi," ucap Sultan.
Ia menyampaikan, kini kedua EWS tersebut sudah ditangani. Hanya perlu pemrograman ulang.
Selain EWS, juga ada 8 unit CCTV dan 1 Remote Processing Unit (RPU) pos pantau Gunung Semeru yang terdampak. Namun kini juga telah tertangani.
"Butuh re-sistem saja, beberapa masih pada tempatnya , dan penambahan titik baru, sudah diusulkan ke BNPB.Terkait EWS dan CCTV ini kerja sama berbagai pihak, tidak hanya dari pemerintah, NGO juga, sprti UT, IOF dan APJII," ujarnya.
"Ponkesdes dan SDN 02 Supiturang (EWS yang terdampak) walaupun di sekitar SDN 02 nantinya tidak ada yang tinggal, karena masuk KRB, tapi kan masyarakat tetap beraktifitas untuk kegiatan ekonomi di sana," tambahnya.
Kemudian, kata Sultan, untuk pengusulan tambahan EWS ini masih dalam tahap survei.
"Masih proses survei, harus lokasi strategis, yang bisa dimanfaatkan banyak pihak, masyarakat, wisatawan dan lain-lain," katanya.