Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menepis kekhawatiran mengenai nasib kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang dikabarkan berada di ujung tanduk.
Pemerintah mengklaim negosiasi kedua negara masih berjalan di jalur yang tepat.
Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto menyatakan bahwa proses pembahasan lanjut kesepakatan dagang RI-AS masih terus berlangsung. Dia membantah adanya kendala krusial yang dapat menggagalkan kerja sama ekonomi tersebut.
"Perundingan dagang Indonesia dan Amerika Serikat masih berproses, tidak ada permasalahan spesifik dalam perundingan yang dilakukan," ujar Haryo dalam keterangannya, Rabu (10/12/2025).
Di samping itu, Haryo menilai pasang surut dalam pembicaraan bilateral merupakan hal yang biasa dan tidak perlu disikapi secara berlebihan.
Anak buah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ini pun menekankan komitmen pemerintah Indonesia untuk menuntaskan perundingan ini. Pemerintah optimistis kesepakatan dagang tersebut akan segera mencapai titik akhir yang positif.
Baca Juga
- Mendag Bantah Kesepakatan Tarif AS-Indonesia Terancam Batal
- Perang Dagang Amerika Vs Indonesia, Kesepakatan Terancam Batal
- RI Dinilai Ingkari Komitmen, Kesepakatan Dagang dengan AS Terancam Batal
"Pemerintah Indonesia berharap kesepakatan dapat segera selesai dan menguntungkan kedua belah pihak," tutupnya.
Kabar dari AmerikaSebelumnya, Reuters melaporkan kesepakatan dagang antara RI-AS yang diumumkan pada Juli 2025 terancam batal setelah Pemerintah Indonesia disebut menarik kembali sejumlah komitmen yang sebelumnya telah disepakati.
Informasi tersebut disampaikan seorang pejabat AS pada Selasa (9/12/2025) yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim.
“Mereka [Indonesia] menarik kembali apa yang kami sepakati pada Juli,” kata pejabat tersebut, tanpa memberikan rincian mengenai komitmen spesifik mana yang kini dipersoalkan dari Indonesia.
Pada pengumuman Juli lalu, kedua negara menyatakan bahwa Indonesia sepakat menghapus tarif atas lebih dari 99% barang asal AS serta menghilangkan hambatan non-tarif bagi perusahaan AS.
Sebagai imbalannya, AS akan membatalkan rencana kenaikan tarif atas produk Indonesia dan menurunkannya menjadi 19% dari sebelumnya 32%.
Presiden AS Donald Trump ketika itu menyebut kesepakatan tersebut sebagai kemenangan besar bagi pelaku industri Amerika, mulai dari produsen mobil hingga petani dan pekerja manufaktur.
Hanya saja, kini disebut pejabat Indonesia telah memberi tahu Perwakilan Dagang AS (USTR) Jamieson Greer bahwa Jakarta tidak dapat menyetujui sejumlah komitmen yang bersifat mengikat dan menginginkan perumusan ulang atas beberapa ketentuan.
Pejabat AS itu menambahkan bahwa perubahan tersebut berpotensi membuat hasil akhir menjadi kurang menguntungkan bagi AS dibandingkan perjanjian yang baru-baru ini dicapai Washington dengan Malaysia dan Kamboja.




