JAKARTA, KOMPAS.TV - Guru Besar Ilmu Komunikasi Politik UIN Jakarta Prof Gun Gun Heryanto menyebut komunikasi pemerintah menjadi bolong besar dalam penanganan bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Per Rabu (10/12/2025) malam, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan 969 orang meninggal dunia dalam banjir bandang dan longsor yang melanda ketiga provinsi tersebut pada akhir November lalu. Sementara 252 lainnya masih hilang.
"Dari sejak bencana ini muncul, salah satu ruang yang bolong besar dalam penanganan bencana adalah soal komunikasi kebencanaan," ujar Gun Gun dalam program Satu Meja KompasTV, Rabu.
Dia menyebut pernyataan pemerintah pusat seharusnya selaras dengan realitas yang terjadi di lapangan.
"Pernyataan presiden itu harus ada namanya ciri yang paling utama selain official itu direktif. Sampai ke bawah. Kaya misalnya, ketika Menteri ESDM ditanya listrik gimana, (dijawab) 97 persen. Nah, itu turun ke bawah itu kan akan dicek oleh jurnalis, oleh masyarakat, dan itu dikonfirmasi," jelasnya.
Baca Juga: Anggota DPR Desak Pemerintah Gelontorkan Dana Darurat Rp4 Triliun untuk Bencana Sumatera
Gun Gun mengatakan, jika ada ketidakkonsistenan antara apa yang dinyatakan oleh pemerintah dan realitas di masyarakat, akan terjadi gap atau celah. Gap itu menurutnya bisa menimbulkan ketidakpercayaan publik.
"Dampaknya akan muncul ketidakpercayaan, dan semakin meluasnya ketidakpercayaan itu membahayakan bagi kredibilitas pemerintah," tuturnya.
Dia juga mengatakan seharusnya ada leader of information dalam konteks penanganan bencana Sumatera.
Penulis : Tri Angga Kriswaningsih Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV
- uin jakarta
- gun gun heryanto
- komunikasi kebencanaan
- bencana sumatera
- komunikasi pemerintah
- penanganan bencana sumatera





