Jakarta (ANTARA) - Badan Musyawarah (Bamus) Betawi membahas sejumlah isu seputar Betawi, mulai dari pelestarian budaya hingga kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan Jakarta setelah pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur.
"Pembahasan terkait mulai dari pelestarian budaya, isu-isu aktual, hingga kesiapan masyarakat Betawi dalam menghadapi perubahan Jakarta setelah pemindahan Ibu Kota IKN," kata Ketua Umum Bamus Betawi H Riano P Ahmad di Jakarta, Kamis.
Pembahasan tersebut digelar dalam rangka refleksi akhir 2025, sekaligus untuk melahirkan gagasan, rumusan, serta rekomendasi terkait berbagai isu seputar Betawi yang terus berkembang.
Agenda tahunan itu dihadiri sejumlah pimpinan dan anggota organisasi masyarakat Betawi dari berbagai wilayah Jakarta.
Menurut Riano, selain menjadi ruang silaturahmi, kegiatan tersebut juga menjadi forum strategis untuk mengevaluasi perjalanan organisasi dan merumuskan langkah ke depan.
"Selain ajang silaturahmi, mari kita terus memperkuat dan memperkokoh persatuan di antara kita, serta memperjuangkan peran masyarakat Betawi dalam pembangunan Jakarta," ucap Riano.
Refleksi akhir tahun itu pun menjadi momentum penting bagi organisasi untuk menilai kembali capaian dan tantangan selama setahun terakhir.
"Yang namanya refleksi, berarti evaluasi terhadap perjalanan organisasi dan kinerja Bamus selama setahun terakhir, sekaligus memperkuat konsolidasi internal," ujar Riano.
Baca juga: Disbud DKI dan Bamus Betawi siapkan program budaya 2026
Dalam kegiatan itu, dia turut mengingatkan pentingnya sikap terbuka terhadap perbedaan. Menurut dia, dinamika merupakan hal yang lumrah dalam wadah besar, seperti Bamus Betawi.
Perbedaan pandangan justru dinilai sebagai potensi kekuatan jika dikelola dengan baik.
"Perbedaan pandangan itu biasa, dan kita semua terbukti bisa melewati itu semua. Jangan sampai perbedaan justru jadi penghalang kita bersilaturahmi dan berkontribusi terhadap pemajuan Bamus dan pembangunan Jakarta," jelas Riano.
Lebih lanjut, dia menegaskan upaya mempererat silaturahmi harus menjadi komitmen bersama setiap anggota agar tujuan besar organisasi dapat tercapai.
"Ini penting untuk menyamakan perbedaan yang ada, tetapi dengan tujuan yang sama, yaitu kemajuan Bamus Betawi di tahun depan," tutur Riano.
Acara refleksi akhir tahun Bamus Betawi tahun ini mengangkat tema "Mengokohkan Kebersamaan Dalam Bingkai Silaturahmi Menuju Betawi Berkemajuan".
Melalui refleksi itu, Bamus Betawi berharap dapat memasuki 2026 dengan strategi dan semangat baru.
Sejumlah tokoh hadir sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut, antara lain Syarif Hidayatullah, Aida Makbullah, Nasrullah, dan Rendra Yuliardi.
Baca juga: Bamus Betawi tekankan pentingnya jaga identitas budaya
Baca juga: Bamus Betawi ajak warga hadapi transformasi Jakarta jadi kota global
"Pembahasan terkait mulai dari pelestarian budaya, isu-isu aktual, hingga kesiapan masyarakat Betawi dalam menghadapi perubahan Jakarta setelah pemindahan Ibu Kota IKN," kata Ketua Umum Bamus Betawi H Riano P Ahmad di Jakarta, Kamis.
Pembahasan tersebut digelar dalam rangka refleksi akhir 2025, sekaligus untuk melahirkan gagasan, rumusan, serta rekomendasi terkait berbagai isu seputar Betawi yang terus berkembang.
Agenda tahunan itu dihadiri sejumlah pimpinan dan anggota organisasi masyarakat Betawi dari berbagai wilayah Jakarta.
Menurut Riano, selain menjadi ruang silaturahmi, kegiatan tersebut juga menjadi forum strategis untuk mengevaluasi perjalanan organisasi dan merumuskan langkah ke depan.
"Selain ajang silaturahmi, mari kita terus memperkuat dan memperkokoh persatuan di antara kita, serta memperjuangkan peran masyarakat Betawi dalam pembangunan Jakarta," ucap Riano.
Refleksi akhir tahun itu pun menjadi momentum penting bagi organisasi untuk menilai kembali capaian dan tantangan selama setahun terakhir.
"Yang namanya refleksi, berarti evaluasi terhadap perjalanan organisasi dan kinerja Bamus selama setahun terakhir, sekaligus memperkuat konsolidasi internal," ujar Riano.
Baca juga: Disbud DKI dan Bamus Betawi siapkan program budaya 2026
Dalam kegiatan itu, dia turut mengingatkan pentingnya sikap terbuka terhadap perbedaan. Menurut dia, dinamika merupakan hal yang lumrah dalam wadah besar, seperti Bamus Betawi.
Perbedaan pandangan justru dinilai sebagai potensi kekuatan jika dikelola dengan baik.
"Perbedaan pandangan itu biasa, dan kita semua terbukti bisa melewati itu semua. Jangan sampai perbedaan justru jadi penghalang kita bersilaturahmi dan berkontribusi terhadap pemajuan Bamus dan pembangunan Jakarta," jelas Riano.
Lebih lanjut, dia menegaskan upaya mempererat silaturahmi harus menjadi komitmen bersama setiap anggota agar tujuan besar organisasi dapat tercapai.
"Ini penting untuk menyamakan perbedaan yang ada, tetapi dengan tujuan yang sama, yaitu kemajuan Bamus Betawi di tahun depan," tutur Riano.
Acara refleksi akhir tahun Bamus Betawi tahun ini mengangkat tema "Mengokohkan Kebersamaan Dalam Bingkai Silaturahmi Menuju Betawi Berkemajuan".
Melalui refleksi itu, Bamus Betawi berharap dapat memasuki 2026 dengan strategi dan semangat baru.
Sejumlah tokoh hadir sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut, antara lain Syarif Hidayatullah, Aida Makbullah, Nasrullah, dan Rendra Yuliardi.
Baca juga: Bamus Betawi tekankan pentingnya jaga identitas budaya
Baca juga: Bamus Betawi ajak warga hadapi transformasi Jakarta jadi kota global




