EtIndonesia. Kita tahu cerita fabel tentang “anjing pemburu yang tak bisa mengejar kelinci yang terluka.” Makna ceritanya sederhana: kelinci berjuang mati-matian demi hidupnya — dia mengeluarkan seluruh kekuatannya. Sementara anjing hanya mengejar demi “makan siang” — dia sekadar berusaha.
Dan dalam hidup, untuk meraih sesuatu yang benar-benar besar, berusaha saja tidak cukup — kita harus mengeluarkan seluruh kemampuan yang kita punya.
Sejujurnya, bisa “berusaha sebaik mungkin” saja sudah sangat berharga. Itu cukup untuk membuat kita tidak menyesal. Tetapi jika ingin menjadi luar biasa, menciptakan keajaiban, membalikkan keadaan yang hampir runtuh, maka kita harus mengerahkan segalanya, menguras tenaga dan pikiran tanpa sisa.
Ungkapan “langit membalas kerja keras” bukan berarti kerja keras biasa. Dia hanya berlaku bagi mereka yang rela bersusah payah, begadang, berjuang seperti tak ada jalan kembali — seperti mempertaruhkan segalanya.
Di Alam Semesta, Semua Makhluk Berjuang Sekuat Tenaga
Ketika seekor anjing terdesak, dia bisa melompat ke dinding setinggi yang tidak pernah dia bayangkan. Kelinci yang terpojok bisa menggigit balik demi hidupnya. Ikan salmon (mahseer) menempuh perjalanan panjang penuh bahaya hanya untuk bertelur. Angsa kepala-bar (bar-headed goose) terbang melintasi Himalaya untuk menghindari musim dingin. Ribuan gnu di Afrika menempuh migrasi berbahaya demi menemukan rumput agar dapat bertahan hidup.
Semua itu dilakukan untuk satu tujuan: bertahan hidup dan meneruskan generasi. Tanpa mengerahkan seluruh tenaga, mereka akan mati membeku, mati kelaparan, atau mati diterkam predator.
Potensi Manusia: Jauh Lebih Besar dari yang Kita Bayangkan
Manusia disebut makhluk paling berakal, dan memang potensi kita luar biasa besar.
Psikolog menyebutkan bahwa:
- Orang biasa hanya menggunakan 2%–8% dari potensinya.
- Bahkan ilmuwan jenius seperti Einstein hanya mengembangkan sekitar 12% dari kapasitas otaknya.
- Jika seseorang mengembangkan potensi hingga 40%, ia mampu menghafal 400 buku pelajaran, menyelesaikan belasan kurikulum perguruan tinggi, dan menguasai puluhan bahasa.
Berusaha sebaik mungkin berarti menggunakan kemampuan normal kita. Mengeluarkan seluruh kekuatan berarti menggali potensi terdalam yang bahkan kita sendiri tidak sadar memilikinya.
- Berusaha itu mengikuti aturan,
- Mengeluarkan seluruh kekuatan itu berani menembus batas.
- Berusaha itu normal,
- Mengeluarkan seluruh kekuatan itu luar biasa.
Sejarah penuh dengan contoh seperti itu:
- Xiang Yu dengan strategi “bakar kapal dan pecahkan periuk” hingga akhirnya memenangkan seratus benteng Qin.
- Goujian bangkit setelah bertahun-tahun menanggung hina, lalu membangun pasukan yang menumbangkan negara Wu.
- Tentara Merah memaksa maju menembus Daduhe dan merebut Jembatan Luding.
- Deng Xiaoping berkata saat membangun Zona Ekonomi Khusus: “Kalian lakukan sendiri — bukalah jalan kalian, meski harus menerobosnya dengan darah.”
Semua itu adalah contoh dari mengeluarkan seluruh kekuatan, dan semuanya berujung pada pencapaian gemilang.
Tidak Ada Keberhasilan Tanpa Pengorbanan
Setiap orang mendambakan keberhasilan. Tapi keberhasilan selalu memiliki syarat yang sama: seberapa banyak waktu, tenaga, dan keringat yang kamu investasikan.
Tokoh-tokoh besar hampir semuanya hidup dengan pola yang sama:
- Newton begitu tenggelam dalam penelitian hingga tak pernah punya waktu untuk urusan percintaan.
- Marx meninggal di depan meja kerjanya setelah seumur hidup “berenang” dalam lautan pemikiran.
- Edison bekerja 16 jam sehari bahkan setelah usianya melewati 80 tahun.
- Tu Youyou mengalami lebih dari 190 kegagalan sebelum menemukan artemisinin, obat penyelamat jutaan jiwa.
- Michael Phelps, “si ikan terbang” di Olimpiade Beijing, berlatih dengan volume luar biasa — setiap hari, selama hampir 20 tahun.
Namun, sebagian orang yang kurang beruntung suka menyalahkan keadaan: menyalahkan orang tua karena tidak lahirkan mereka sebagai jenius, menyalahkan nasib karena pintu kesempatan seolah-olah selalu tertutup.
Padahal keberuntungan bukan datang pada mereka yang menunggu. “Tuhan tidak pernah memberi perlakuan khusus kepada siapa pun.”
Apa yang kita sebut ‘bakat’ sering kali hanyalah cinta yang luar biasa terhadap suatu pekerjaan. Dan apa yang kita sebut ‘kesempatan’ biasanya datang setelah kita berkali-kali jatuh bangun mengejarnya.
Bahkan kisah romantis “sekejap tawa, armada musuh musnah” dari Zengzi dan Zhou Yu dalam Kisah Tiga Negara pun tidak akan terjadi tanpa prajurit yang berjuang mati-matian. Tanpa mereka, yang menanti bukan kejayaan, melainkan tragedi “dua Qiao dikurung dalam menara tembaga.”
Pertanyaan Terakhir untuk Kita Semua
Setiap orang yang mendambakan keberhasilan besar dalam hidup seharusnya bertanya pada dirinya sendiri: Apakah aku sudah mengeluarkan seluruh kekuatanku?(jhn/yn)




