RI Sudah Swasembada, CORE: Harga Ayam dan Telur Tetap Mahal

bisnis.com
14 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai Indonesia sudah mencapai swasembada telur dan ayam pada 2025, bahkan mengantongi surplus pada kedua komoditas ini.

Pengamat Pertanian dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Eliza Mardian mengatakan meski swasembada telur dan ayam telah tercapai, harga kedua komoditas ini di tingkat konsumen tetap tinggi akibat biaya logistik yang mahal, biaya pakan yang terus naik, serta dominasi segelintir perusahaan besar.

Eliza menuturkan, proyeksi kebutuhan ayam pada 2025 mencapai 3,86 juta ton, sedangkan potensi produksi mencapai 4,1 juta ton. 

Senada, telur juga mencatatkan surplus. Sepanjang 2025, ungkap dia, kebutuhan telur sebanyak 6,2 juta ton dengan potensi produksi 6,5 juta ton.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Namun, Eliza menyebut tantangan utama adalah distribusi yang menyebabkan fluktuasi harga dan disparitas antar daerah.

“Mayoritas produksi ayam dan telur berada di Pulau Jawa. Ketika didistribusikan ke daerah lain, mengingat biaya logistik kita masih tinggi, harganya jadi mahal di konsumen,” kata Eliza kepada Bisnis, Kamis (11/12/2025).

Baca Juga

  • Bahlil Bongkar Jurus Swasembada Energi: 70 WK Migas Dilelang, 2.500 Sumur Idle Diaktifkan
  • Percepatan Swasembada Gula, SGN Kejar Bongkar Ratoon 100.000 hektare
  • Zulhas Targetkan Swasembada Protein Tercapai Tahun Depan

Dia juga menyebut struktur pasar ayam dan telur yang oligopolistik ikut memengaruhi harga. “Struktur pasar ayam dan telur oligopolistik, dikuasai 2-3 perusahaan besar yang hampir menguasai 80% volume perdagangan. Mereka sangat menentukan harga di tingkat konsumen,” ujarnya.

Selain itu, biaya produksi yang tinggi turut menekan harga di pasar. Faktor utama adalah pakan ayam, yang mayoritas berbahan jagung.

Sebagai gambaran, sruktur biaya pakan terdiri dari 50% jagung, 20% bungkil kedelai, 15% dedak/bekatul, 10% tepung ikan dan tepung tulang, serta 5% bahan lain-lain berupa premix, vitamin, dan mineral.

Adapun, penggunaan jagung meningkat karena impor gandum pakan turun hampir 70% pada semester I/2025 dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan harga jagung juga berdampak pada harga ayam karena jagung menjadi bahan baku utama pakan.

Core bahkan menyebut, jagung Indonesia lebih mahal 2,5 kali lipat dibanding jagung Amerika Serikat (AS). “Di AS, mereka menanam skala luas, menggunakan mesin, dan mendapat beberapa insentif pemerintah sehingga lebih efisien dibandingkan jagung Indonesia,” ujarnya.

Meski begitu, dia menilai kenaikan harga ayam dan telur bukan semata-mata karena program makan bergizi gratis (MBG) yang tengah bergulir, lantaran belum menjangkau secara masif, sehingga kenaikan harga komoditas ini hanya di tingkat lokal.

Namun, jika harga kedua komoditas ini sudah naik secara nasional, maka terdapat faktor fundamental lain dan bukan hanya MBG yang menjadi akar permasalahan.

Menurut Eliza, kenaikan harga telur yang melampaui Harga Acuan Pemerintah (HAP) terjadi karena biaya produksi naik, sementara penyesuaian HAP relatif lambat dibanding kenaikan harga riil di masyarakat.

Dia menjelaskan, komponen terbesar dalam biaya produksi telur adalah pakan dan DOC (Day Old Chick) dan pakan memakan 60% dari total biaya produksi. Sementara itu, rata-rata harga jagung pipil kering terus merangkak menjadi Rp6.400 per kilogram pada Oktober 2025.

Lebih lanjut, Eliza menyoroti mekanisme pasar jagung yang cenderung tidak sehat dan rentan dikontrol pemain besar.

“Pabrik pakan skala besar [integrator] menyerap sebagian besar jagung lokal dan melakukan stok untuk mengamankan kelangsungan operasi mereka. Akibatnya, peternak mandiri kesulitan membeli jagung, dan jika ada, harganya relatif mahal. Ini jelas berpengaruh pada harga akhir,” jelasnya.

Di samping itu, fluktuasi harga juga menjadi tantangan tersendiri. Menurutnya, perlu adanya infrastruktur cold storage di sentra produksi ayam agar komoditas dapat disimpan lebih lama.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Riset UHO-SETARA Institute Ungkap Praktik Tambang Nikel di Sultra Abaikan Aspek Lingkungan & HAM
• 9 jam lalujpnn.com
thumb
Aeon Mall Tanjung Barat Ditutup Sementara Imbas Kebakaran
• 12 jam lalubisnis.com
thumb
Mobil Nyelonong Tabrak Siswa-siswa SD di Cilincing!
• 21 jam laludetik.com
thumb
Emosi Tim Voli yang Didukungya Kalah, Pemuda di Kulonprogo Tikam 2 Suporter Lawan
• 12 jam lalurctiplus.com
thumb
TNI AU dan Prancis Bahas Kedatangan Rafale serta Penguatan Kerja Sama Pertahanan
• 14 jam lalupantau.com
Berhasil disimpan.