Saat Emak-Emak Pati Ngadu dan Minta Bantuan KDM Bebaskan Suaminya yang Ditahan

Kedatangan Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi atau KDM, ke Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, ternyata menarik perhatian warga Pati, Jawa Tengah (Jateng), yang tengah demo di gedung dwiwarna, Kamis (11/12).

Seusai menggelar audiensi dengan KPK terkait pencegahan korupsi, KDM tak menyangka dihampiri dua emak-emak dari Pati. Adalah Anik Sri Ningsih dan Siti Khotidjah—dua orang yang tak tahu lagi menitipkan harapannya kepada siapa.

Suara histeris dan tatapan penuh harap tergambar dari wajah keduanya saat menyapa KDM yang baru saja menyelesaikan urusan dan tanggung jawabnya bagi daerah yang dipimpinnya.

Di depan halaman gedung dwiwarna, Anik dan Khotidjah mengadu ke KDM untuk meminta bantuan agar suaminya yang ditahan oleh kepolisian dapat segera dibebaskan.

Adapun Anik merupakan istri dari Supriyono alias Botok. Sementara, Khotidjah adalah istri dari Teguh Istiyanto.

Supriyono dan Teguh merupakan pentolan Masyarakat Pati Bersatu (MPB) yang ditangkap oleh polisi karena diduga berencana membuat keonaran usai DPRD Pati memutuskan tidak memakzulkan Bupati Pati, Sudewo.

"Saya Gubernur Jawa Barat soalnya," kata KDM merespons permintaan itu sambil tangannya yang digenggam erat Anik.

Memang, permintaan itu sejatinya di luar kewenangan KDM. Pasalnya, Pati bukanlah termasuk wilayah di bawah kepemimpinannya.

Seolah tak peduli dengan jawaban itu, Anik tetap menggenggam kedua tangan sang gubernur. Bahkan, sampai menggoyang-goyangkan tangan KDM sambil histeris menyampaikan secercah harapan demi suaminya bisa bebas.

"Pokoknya minta pertolongan siapa saja, Pak, yang penting suami saya pulang," ucap Anik.

"Iya kita doain mudah-mudahan segera selesai. Mudah-mudahan cepat selesai, ya," timpal KDM.

Tak berselang lama, KDM kemudian tampak kembali berbincang dengan Anik dan Khotidjah. Saat itu, KDM ternyata meminta kontak keduanya untuk dihubungi lebih lanjut.

Setelah momen tersebut, Anik menyebut bahwa permintaan tersebut disampaikannya kepada siapa saja, termasuk ke KDM.

"Saya mohon bantuannya kepada Pak KDM. Saya mohon bantuannya kepada siapa saja. Kemarin saya sudah ke Pak Hotman Paris tapi enggak ketemu. Hari ini kita mau ke HAM, Pak. Rencana mau ke HAM hari ini. Iya, Komnas HAM," tutur dia kepada wartawan.

"Pokoknya saya melakukan berbagai macam cara agar suami saya cepat pulang karena suami saya enggak bersalah," imbuhnya.

Anik dan Khotidjah menceritakan bahwa suaminya masih ditahan di Polda Jateng sejak 31 Oktober 2025 lalu. Keduanya pun berharap KDM dapat membantu suaminya dibebaskan.

"Iya [KDM] mau berusaha untuk membantu. Pak KDM tadi minta nomor WA saya dan WA-nya Bu Teguh," ungkapnya.

Keduanya menyebut bahwa suaminya ditahan karena dinilai oleh polisi telah melakukan pemblokiran Jalur Pantura saat aksi demo di Pati beberapa waktu lalu.

"[Disebut polisi] memblokir Pantura selama 15 menit. Iya, hanya merasa kecewa karena hasil sidang paripurna itu enggak sesuai. Enggak sesuai dengan harapan rakyat. Mereka hanya memblokir. Enggak ada kriminal atau apa pun, mereka hanya memblokir Pantura," terang Anik.

"Kan biasa kalau demo. Menurut saya loh ya. Kalau demo memblokir jalan biasa. Tapi itu mereka itu di apa ya, intinya dicari kesalahannya lah, gitu," sambung dia.

Sebelumnya, empat pentolan Masyarakat Pati Bersatu (MPB) ditangkap Polresta Pati di dua lokasi berbeda, pada Jumat (31/10). Mereka diduga berencana membuat keonaran usai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati memutuskan tidak memakzulkan Bupati Pati Sudewo.

Salah satu Koordinator MPB, Mulyati, mengungkapkan, mereka adalah Supriyono alias Botok, Teguh Istiyanto, Paijan, dan Apro. Mereka diamankan di dua lokasi berbeda sekitar pukul 19.00 WIB.

Mulyati mengungkapkan, untuk Supriyono dan Teguh ditangkap di Jalan Lingkar Selatan Pati tepatnya di Desa Widorokandang, Kecamatan Pati. Penangkapan itu dilakukan karena massa berupaya memblokir Jalur Pantura.

Pihaknya sangat kecewa dengan adanya penangkapan itu. Dia berharap aparat kepolisian bisa bertindak seadil-adilnya, karena pihaknya tidak membuat kerusuhan saat mengawal Rapat Paripurna Hak Angket DPRD Pati.