Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyebut sopir mobil boks pengangkut Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tabrak siswa-siswi SDN 01 Kalibaru, Cilincing, Jakarta Pusat, tidak dalam keadaan yang prima ketika menyetir saat kejadian pada Kamis (11/12) pagi.
Sebelumnya, Dadan mengatakan telah bertemu dengan sang sopir, Adi Irawan, di Polres Jakut saat pemeriksaan. Kepada Dadan, sopir itu bercerita bahwa ia baru diminta oleh sopir tetap bernama Rahmat untuk menggantikan sopir lainnya yang tengah sakit bernama Tito pada pukul 3 pagi di hari yang sama dengan kejadian.
“Kemudian jam 3 (pagi), Pak Rahmat baru menginformasikan sopir yang bawa itu, agar menggantikan yang tidak masuk karena sakit. Tapi dari keterangan sopir tadi, kelihatannya kurang tidur, kurang tidur karena tidurnya jam 4, bangun setengah 6, jadi ada kemungkinan memang kurang fit,” kata Dadan di lokasi kejadian, Kamis (11/12).
“Menurut keterangan dia tadi malam habis jemput istrinya ke mana gitu, baru sempat tidur jam 4, jam setengah 6 bangun, sehingga memang kurang fit,” tambahnya.
Dadan pun mengatakan kejadian ini akan menjadi pelajaran bagi BGN untuk memastikan setiap sopir yang bertugas dalam keadaan yang laik untuk bekerja.
“Ini kelihatannya jadi pelajaran bagi kita, kita akan perketat lagi, jadi kalau ada dua armada memang harus ada tiga sopir yang tetap ya, supaya gantian,” ucap Dadan.
“Dan ini kelihatannya kita atur kemudian,” tambahnya.
Dadan pun mengeklaim bahwa kejadian tersebut murni kesalahan manusia. Mobil yang digunakan pagi itu dalam keadaan prima.
“Ya, mobilnya mobil tahun 2024. Tadi saya dapat laporan dari polisi dalam keadaan prima. Tidak ada masalah dengan rem, tidak ada masalah dengan mesin,” ucap Dadan.
“Dan dalam juknis kita selalu disebutkan dengan jelas, bahwa setiap kali mau mengirimkan, mobil harus dicek. Itu juknis kita sudah clear ada. Hanya memang masalah human error,” tambahnya.
Selain itu, Dadan menilai bahwa kejadian ini tak bersumber dari kesalahan rekrutmen sopir. Menurutnya, aturan rekrutmen sopir di BGN sudah jelas.
“Ya, tidak ada sopir yang tidak punya SIM. Jadi dari segi potensi sebenarnya cukup. Hanya tadi kelihatannya jumlah yang harus ditambah. Jadi kalau kendaraannya ada dua, sopirnya harus tiga. Sehingga terjadi pergiliran,” ucap Dadan.
“Kalau rekrutmen sudah bagus bahkan yang cadangan saja kan ini sopir yang punya SIM. Bukan sopir tembak yang tidak punya SIM,” tambahnya.
Lebih lanjut, Dadan meminta maaf atas kelalaian petugasnya itu.
“Ya sejauh ini kan kejadian juga hampir tidak pernah ya baru kali ini. Dan ini kami sesalkan. Dan oleh sebab itu kami mohon maaf atas nama petugas di lapangan yang kurang cermat,” ucap Dadan.
“Ketika meminta sopir pengganti yang dalam keadaan kurang tidur, tidak fit,” ucap Dadan.
"Harusnya tidak dipaksakan untuk bertugas,” pungkasnya.
Adapun akibat kejadian ini 22 orang terluka, yang terdiri dari siswa dan seorang guru. Dua di antaranya harus mendapatkan perawatan intensif di RSUD Koja.




