Bisnis.com, JAKARTA — Analis menyebut perbankan bisa melakukan inovasi produk lending untuk tetap menggenjot pertumbuhan kredit di era suku bunga rendah.
Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebanyak 5x sebesar 125 basis poin (bps) sepanjang 2025. Pemangkasan suku bunga terjadi pada Januari, Mei, Juli, Agustus dan terakhir di September.
Adapun, BI juga mempertahankan BI rate di 4,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18-19 November 2025.
Analis dari Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga mengatakan penurunan suku bunga acuan dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah berbagai tantangan makro global. Lewat suku bunga acuan yang lebih rendah diharapkan permintaan terhadap kredit dan pembiayaan dapat tumbuh yang menjadi katalis untuk ekonomi dapat berputar.
Dia memberikan catatan penting bagi bank memperhatikan aspek inovasi produk lending untuk menggenjot pertumbuhan kredit. Inovasi produk tidak hanya perlu mempertimbangkan momentum dan kondisi makro seperti suku bunga, tetapi juga manajemen risiko.
"Ini strategi yang baik untuk menjaga margin bunga bersih [net interest margin/NIM] tetap solid dan juga rasio kredit macet tetap manageable,” kata Aditya dalam keterangannya, Kamis (11/12/2025).
Baca Juga
- Wall Street Ditutup Menghijau usai The Fed Turunkan Suku Bunga
- Ekonom Sebut Penurunan BI Rate Masih Terbuka, Tapi Ada Syaratnya
- BI Rate Tetap 4,75%, Apindo Ungkap Efek ke Dunia Usaha
Dia menyoroti strategi Bank Woori Saudara (BWS) yang memiliki produk Kredit Pemilikan Hunian (KPH) dengan bunga 8,99% dan tenor fix sampai 20 tahun.
Menurutnya, hal tersebut sejalan dengan kondisi makro dan juga lending portfolio yang dimiliki oleh bank. Selain itu, bisa menjadi pembeda dengan dengan bank-bank lain yang biasanya menawarkan bunga tetap dengan tenor 3-5 tahun.
"Suku bunga turun, permintaan kredit diharapkan pulih dan tumbuh termasuk KPR," ujarnya.
Aditya menambahkan suku bunga tetap selama 20 tahun sangat cocok menyasar nasabah pegawai cenderung memiliki arus kas yang lebih stabil.
Dia berharap lewat strategi inovasi produk yang tepat ini dan pasar properti yang diharapkan berangsur pulih serta eksposur ke debitur dengan arus kas solid mampu menjadi faktor pendukung perbankan untuk memperkuat keuangannya.




