Dedi Mulyadi: Belanda Menjajah Indonesia 350 Tahun Gunung Masih Utuh, Sungai Jernih!

viva.co.id
2 jam lalu
Cover Berita

VIVA – Pernyataan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tengah menjadi sorotan publik setelah kritiknya terkait kondisi lingkungan viral di media sosial. 

Dalam Peringatan Hari Guru Nasional Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2025 yang digelar di Balairung Rudini IPDN, Selasa, 9 Desember 2025, Dedi menyampaikan pesan tegas mengenai kerusakan alam yang semakin memprihatinkan di Tanah Air.

Baca Juga :
Respons Dedi Mulyadi soal Wakil Wali Kota Bandung Tersangka Korupsi
Cedera Tak Menghalangi, Calvin Verdonk Tetap Kirim Bantuan untuk Korban Bencana di Tanah Air

Dalam pidatonya, Dedi menekankan bahwa seseorang yang benar-benar mengaku nasionalis tidak akan tinggal diam ketika melihat hutan dibabat, sungai diuruk, hingga mata air mengering. Ia menyebut kerusakan tersebut bukan hanya mencederai alam, tetapi juga nilai kebangsaan.

"Seorang nasionalis dia akan menangis ketika hulu-hulu sungai yang diuruk, seorang nasionalis dia akan menangis ketika mata airnya makin mengering," ujar Dedi dalam pidatonya yang disiarkan melalui YouTube Humas Jabar.

Menurutnya, mengaku mencintai NKRI tetapi masih membiarkan kerusakan alam terus terjadi merupakan kebohongan. Ia menegaskan bahwa tindakan merusak lingkungan adalah bukti tidak mencintai Indonesia.

Lebih jauh, Dedi juga menyoroti perbandingan antara masa kolonial Belanda dan kondisi saat ini.

"Belanda menjajah Indonesia 350 tahun, gunung masih utuh, samudra masih terbentang luas, sungai-sungai jernih, meninggalkan perkebunan yang terhampar, bangunan-bangunan yang indah, gedung-gedung yang kokoh, jalan-jalan yang kuat, jembatan kereta api yang kokoh," kata Dedi Mulyadi.

Ia kemudian membandingkan dengan kondisi Indonesia saat ini yang telah merdeka selama 80 tahun.

“Indonesia merdeka 80 tahun, gunung gundul, sungai keruh, hutang menggunung,  bangunan-bangunan hamper tidak ada yang berkualitas, jalan-jalan mudah rusak, jembatan mudah roboh. Pertanyaannya adalah, siapa yang penjajah itu?” tegasnya.

Dedi mengaku bahwa ucapannya mungkin dianggap tidak pantas diutarakan sebagai seorang gubernur. Namun ia merasa perlu menyampaikannya karena hal itu mewakili suara hati nuraninya mengenai persoalan bangsa.

"Kenapa? ini problem bangsa dan kebiasaan kita ini adalah ketika bencana kita ribut melakukan perbaikan tapi nanti ketika sudah musim kemarau lagi lupa lagi, berbuat lagi," tandasnya.

Baca Juga :
Dedi Mulyadi Larang Pembangunan Perumahan di Bandung Raya, Daerah Bekasi hingga Depok Menyusul
Bantu Korban Banjir di Sumatera, Seniman Aceh Rafly Kande Gelar Ngamen Kemanusiaan
Hadirkan Kenangan Baik, Ini 5 Bantuan yang Paling Dibutuhkan Korban Bencana Alam

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Jarang Dapat Menit Bermain di Era Tomas Trucha, PSM Makassar Lepas Lucas Dias
• 15 jam laluharianfajar
thumb
BNPB Maksimalkan Jalur Darat untuk Kirim Logistik di Agam Sumbar
• 13 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Jeda Kompetisi BRI Super League, PSIM Gelar 2 Laga Uji Coba Tertutup Melawan PSIS dan Garudayaksa Akhir Pekan Ini
• 7 jam lalubola.com
thumb
Riset: Harga Mahal Jadi Kendala Terbesar Orang Ogah Beli Mobil Listrik
• 17 jam lalumetrotvnews.com
thumb
17 Game Trik Death Stranding PS4 Lengkap
• 12 jam lalumediaindonesia.com
Berhasil disimpan.