Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja industri perasuransian, penjaminan, dan dana pensiun tetap terjaga, didukung oleh tingkat solvabilitas agregat yang masih berada pada level solid hingga Oktober 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, mengungkapkan aset industri asuransi mencapai Rp 1.192,11 triliun atau tumbuh 5,16 persen secara tahunan per Oktober 2025.
“Dari sisi asuransi komersial, total aset tercatat sebesar Rp 970,98 triliun atau mencatat pertumbuhan 6,23 persen year on year (yoy),” kata Ogi dalam konferensi pers RDKB November 2025, Kamis (11/12).
Ogi merinci kinerja asuransi komersial dari sisi akumulasi pendapatan premi sepanjang Januari hingga Oktober 2025 dilaporkan mencapai Rp 272,78 triliun atau tumbuh 0,42 persen secara tahunan.
Angka tersebut terdiri atas premi asuransi jiwa yang mengalami kontraksi 1,11 persen yoy dengan nilai Rp 148,86 triliun, serta premi asuransi umum dan reasuransi yang tumbuh 2,33 persen yoy dengan nilai Rp 123,92 triliun.
Selanjutnya, industri asuransi jiwa serta asuransi umum dan reasuransi tercatat memiliki tingkat permodalan yang sangat kuat, dengan risk-based capital (RBC) masing-masing mencapai 478,85 persen dan 331,96 persen, jauh melampaui ambang batas minimum 120 persen.
Sementara itu, pada segmen asuransi nonkomersial yang mencakup BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, serta program asuransi bagi ASN, TNI, dan Polri terkait jaminan kecelakaan kerja dan kematian, tercatat total aset mencapai Rp 221,13 triliun atau meningkat 0,72 persen secara tahunan. Katanya pula, total aset industri dana pensiun per Oktober 2025 tumbuh 9,82 persen yoy dengan nilai mencapai Rp 1.647,49 triliun.
“Untuk program pensiun sukarela, total aset mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,52 persen yoy dengan nilai mencapai Rp 400,44 triliun,” jelas Ogi.
Sementara program pensiun wajib mencatat total aset Rp 1.247,05 triliun atau meningkat 11,28 persen secara tahunan. “Pada perusahaan penjaminan, per Oktober 2025, nilai aset tercatat tumbuh 3,17 persen year-on-year menjadi Rp 48,02 triliun,” tutur Ogi.
Sepanjang 2025 Sektor Jasa Keuangan Menunjukkan Ketahanan yang Kuat
Di sisi lain, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, mengatakan stabilitas ini tetap terjaga di tengah berbagai dinamika ekonomi global maupun tantangan permintaan domestik, ditopang oleh permodalan yang solid dan profil risiko yang terkendali.
Mahendra menyebut meski pertumbuhan kredit perbankan dan premi asuransi mengalami moderasi dibandingkan tahun sebelumnya, fundamental industri tetap kokoh.
"Sepanjang 2025, sektor jasa keuangan secara umum menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah berbagai dinamika global dan domestik," ujar Mahendra dalam Konferensi Pers RDKB yang digelar secara daring, Kamis (11/12).
Mahendra memaparkan, secara makroekonomi global, kondisi relatif stabil dengan aktivitas manufaktur di negara maju yang ekspansif.
Namun, sentimen pasar menuju 2026 cenderung berhati-hati akibat risiko fiskal dan kenaikan imbal hasil obligasi jangka panjang, seperti yang terjadi di Amerika Serikat dan China.
Sementara di dalam negeri, meski pertumbuhan ekonomi kuartal III tercatat solid di angka 5,04 persen, OJK menyoroti perlunya perhatian khusus terhadap permintaan domestik.
Kondisi ketahanan sektor jasa keuangan saat ini dinilai Mahendra menjadi modal penting untuk ekspansi kinerja ke depan.
“Perlu dicermati perkembangan permintaan domestik yang masih memerlukan dukungan lebih lanjut seiring dengan moderasi inflasi inti, tingkat kepercayaan konsumen, serta tingkat penjualan ritel, semen, dan kendaraan," jelasnya.





