JAKARTA, KOMPAS.com – Hari belum sepenuhnya pagi ketika deretan motor sudah berurutan rapi di sebuah lahan kecil di sekitar Stasiun Bojonggede.
Udara masih lembap, sisa embun belum benar-benar pergi, dan suara pedagang kopi yang baru membuka lapak perlahan menyatu dengan langkah-langkah terburu para komuter.
Di saat sebagian warga masih menarik selimut, para pekerja penopang Jakarta justru sudah memulai ritualnya.
Mereka menstarter motor, melaju menembus gelap, lalu memarkirkannya di salah satu penitipan motor yang letaknya tak jauh dari stasiun.
Dari titik itulah perjalanan panjang ke Jakarta dimulai, berpacu dengan waktu dan kerumunan.
Namun, di balik rutinitas yang kerap tergesa-gesa itu, ada satu sisi kehidupan yang jarang tersorot.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=KRL, indepth, cerita pejuang krl, parkiran motor stasiun&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xMi8wOTM4NTUzMS9kYXJpLXBhcmtpcmFuLWtlLXBlcm9uLWphc2EtdGl0aXAtbW90b3ItamFkaS1iZXN0aWUtcGVqdWFuZy1rcmw=&q=Dari Parkiran ke Peron: Jasa Titip Motor Jadi "Bestie" Pejuang KRL§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Sisi yang mempertemukan para pejuang KRL dengan penjaga penitipan motor, orang yang setiap hari mereka temui, sampai pada akhirnya bukan lagi sekadar penyedia jasa, melainkan bagian dari keseharian, bahkan tempat bercerita.
Di penjagaan kecil itulah, relasi manusia terbangun tanpa rencana. Awalnya hanya transaksi harian, menitipkan motor, menerima tiket, lalu berlari menuju stasiun.
Namun, waktu membuat hubungan itu tumbuh menjadi keakraban, candaan, hingga rasa saling mengenal yang tak lagi hanya saling sapa.
Baca juga: Mulai 13 Desember, KAI Commuter Tambah Dua Perjalanan KRL Tanah Abang–Parung Panjang
Antara transaksi dan keakrabanBertahun-tahun bekerja di tempat yang sama membuat Ending, penjaga tempat penitipan motor hafal wajah-wajah langganannya.
Bahkan, ia hafal kebiasaan mereka, siapa yang selalu tergesa-gesa, siapa yang suka ngobrol, siapa yang suka lupa mencabut kunci motor sebelum pergi.
Menurut Ending, ritme kehidupan para komuter itu akhirnya ikut membentuk kebiasaannya.
“Namanya tiap hari ketemu ya mau enggak mau jadi kenal. Kadang mereka curhat, kadang cerita, kadang bercanda jadi akrab aja," kata Ending saat ditemui di tempat penitipan motor, Rabu (10/12/2025).
Keakraban itu, datang begitu saja, tak pernah direncanakan. Semakin sering bertemu, semakin kecil jarak sosial di antara mereka.
"Saya juga suka godain, ‘Bang, hari ini jangan lari-lari lagi ya'. Karena ada tuh yang tiap pagi buru-buru. Lama-lama jadi kayak saudara, kalau nggak nongol sehari malah aneh," ujar dia.
Baca juga: Potret Pejuang KRL: Kehidupan Berdetak Sesuai Jadwal Kereta
Ritme pagi pejuang KRLMenurut Ending, hampir semua pekerja yang tinggal di kota penyangga bergantung pada tempat-tempat seperti ini.
Di titik-titik transit seperti Bojonggede, Citayam, dan Depok Baru, jasa penitipan motor bukan sekadar fasilitas, itu adalah bagian dari rantai panjang perjalanan komuter.
Di sana, puluhan hingga ratusan motor keluar-masuk setiap hari. Ending sendiri menjalankan jam operasional selama 24 jam tiap harinya.
Sejak jam 02.00 WIB pagi, kata dia, kala langit masih gelap, sudah datang beberapa orang yang hendak menitipkan motornya.




