FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Di tengah lanskap futuristik CBD PIK2, sebuah struktur putih raksasa berdiri mencuri perhatian. Bentuknya melengkung, ringan, seolah mengapung di atas ruang hijau dan danau seluas 14 hektar. Namanya SPIKE Air Dome, sebuah bangunan kubah udara terbesar dan pertama di Asia Tenggara.
Namun bagi banyak orang yang menyaksikannya pertama kali, ia lebih menyerupai simbol masa depan: tanda bahwa PIK2 tidak lagi sekadar kawasan baru, tetapi ruang yang sedang membentuk dirinya menjadi destinasi dunia.
CBD PIK2 memang dirancang ambisius. Lahan ±400 hektar itu dipenuhi jalur pedestrian hijau, instalasi seni, dan tata ruang yang sedari awal dibangun untuk menghadirkan kenyamanan urban kelas internasional.
Namun kehadiran Air Dome membuat narasinya bergerak satu langkah lebih jauh: kawasan ini kini memiliki infrastruktur yang mampu menampung ribuan orang dalam satu ruang megah yang dihidupkan oleh teknologi udara bertekanan.
Ketika Teknologi Bertemu Spiritualitas
Kubah udara ini diuji secara penuh pada Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) Internasional Disabilitas Netra 2025, 6 Desember lalu.
Sekitar 3.500 undangan memasuki arena, sementara hafiz tunanetra dari 12 negara melantunkan ayat-ayat suci. Suasana spiritual berpadu dengan keheningan futuristik yang memantul dari dinding-dinding kubah.
Sosok-sosok penting hadir di sini, Menteri Agama RI Nasaruddin Umar, Sekjen Muslim World League Syaikh Muhammad Abdul Karim Al-Issa, dan Ketua MPR RI Ahmad Muzani.
Di akhir acara, Menag Nasaruddin Umar mengajak hadirin mendoakan korban banjir bandang di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatra Barat. Dalam sekejap, ruang modern itu berubah menjadi tempat solidaritas kolektif, sebuah penanda bahwa teknologi dan kemanusiaan bisa berjalan berdampingan.
Dari Kalimantan Selatan ke PIK2: Cerita Pengunjung
Di antara ribuan undangan, ada Ridho H. dari Kalimantan Selatan. Ia datang sebagai bagian dari rombongan peserta dan tidak menyangka akan menyaksikan pengalaman seperti ini.
“Acaranya sangat besar, para tamu undangan nya sangat antusias untuk menghadiri acara ini karena dihadiri oleh Qori-qori internasional. Harapan saya setelah mengikuti acara ini, dapat membangun motivasi supaya kita lebih mencintai dan lebih dekat dengan Al-Quran,” katanya penuh semangat.
Kesan Ridho bukan hanya tentang skala acara, tetapi juga tentang bagaimana ruang itu memengaruhi suasana batin. Di bawah kubah udara, setiap lantunan ayat terasa menggema lebih jauh, mungkin bukan hanya di ruang fisik, tetapi juga di ingatan siapa pun yang hadir.
Ekosistem yang Membentuk Pusat Aktivitas Dunia
Air Dome bukan berdiri sendirian. Kehadirannya diperkuat oleh ekosistem PIK2 yang lebih luas: pantai pasir putih, Greenbelt yang memanjang seperti sabuk hijau, hunian dan apartemen premium, akses strategis ke bandara, serta fasilitas MICE yang terus berkembang.
Kawasan ini diproyeksikan bukan hanya sebagai lanskap hunian, melainkan ruang hidup yang terhubung dengan aktivitas global. Event besar seperti MHQ Internasional hanyalah salah satu contoh bagaimana PIK2 mulai membuktikan kapasitasnya.
Ikon Baru, Babak Baru
SPIKE Air Dome memperlihatkan bahwa ikon arsitektur tidak sekadar soal bentuk, tetapi juga tentang fungsi dan dampak sosialnya. Kubah udara ini telah menjadi ruang pertemuan, ruang doa, ruang pengalaman, dan ruang penghubung bagi ribuan orang dari berbagai latar belakang.
Dengan hadirnya fasilitas berkelas dunia yang terus bertambah, PIK2 bergerak menuju babak baru: kawasan visioner yang tak hanya dibangun untuk masa kini, tetapi juga masa depan.
Kawasan yang bukan hanya menjadi tempat tinggal atau rekreasi, tetapi panggung besar tempat Indonesia memperlihatkan kemampuannya menjadi tuan rumah bagi acara internasional. (Pram/fajar)



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5441634/original/034864300_1765513701-1000646600.jpg)