MENTERI Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan alat pemindai kontainer serta teknologi kecerdasan artifisial atau AI untuk memperkuat pengawasan terhadap penyelundupan.
“Kita harus memerangi penyelundupan dengan cara yang lebih modern. Dulu urusan bea cukai bikin deg-degan, sekarang yang deg-degan justru oknum penyelundup,” ujar Purbaya dalam konferensi pers di di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (12/12).
Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai meresmikan pemberlakuan alat pemindai peti kemas (X-Ray) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Alat itu dilengkapi fitur radiation portal monitor (RPM).
Pada kesempatan yang sama, Bea Cukai juga mengenalkan dua inovasi digital yang tengah dikembangkan, yaitu Self Service Report Mobile (SSR-Mobile) dan Trade AI. Selain itu, transformasi digital di sektor kepabeanan menjadi keharusan untuk menjaga kepercayaan publik dan daya saing ekonomi Indonesia.
Alat pemindai (X-Ray) yang dilengkapi dengan fitur radiation portal monitor (RPM) dapat mendeteksi bahan nuklir serta zat radioaktif dalam container. Ia juga dapat melakukan pemeriksaan secara cepat dan akurat tanpa membuka fisik peti kemas.
Selain aspek keamanan, pemberlakuan pemindai ini juga memperkuat upaya pencegahan pelanggaran impor-ekspor, termasuk praktik kecurangan yang berpotensi merugikan perekonomian.
Bea Cukai juga menyiapkan aplikasi dengan sistem kecerdasan buatan (AI) yang kini sedang dikembangkan, bernama Trade AI. Trade AI dirancang untuk meningkatkan ketepatan analisis impor. Teknologi ini dirancang untuk pendeteksian dini praktik under-invoicing, over-invoicing, dan potensi pencucian uang berbasis perdagangan, yang berpotensi menggerus penerimaan negara.
Dalam pengembangannya, Trade AI dilengkapi kemampuan analisis nilai pabean, klasifikasi barang, verifikasi dokumen. Seluruh fungsi ini nantinya akan terintegrasi dengan sistem CEISA 4.0, sehingga memperkuat koordinasi dan pengambilan keputusan di berbagai lini pengawasan.
Sementara Self Service Report Mobile (SSR- Mobile) merupakan fitur pelaporan mandiri berbasis aplikasi CEISA 4.0 Mobile. SSR- Mobile dilengkapi beragam fitur seperti, geotagging, pencatatan real-time, serta integrasi AI untuk memantau aktivitas pemasukan dan pengeluaran barang di lokasi fasilitas kepabeanan seperti TPB, KITE, FTZ, dan KEK.
Melalui SSR-Mobile, perusahaan dapat melakukan gate in, stuffing, pembongkaran, hingga gate out secara mandiri, sementara sistem AI melakukan analisis risiko otomatis.
“Dengan pemindai peti kemas baru, SSR-Mobile, dan Trade AI pengawasan kepabeanan oleh Bea Cukai akan naik kelas, menjadi lebih adaptif dan berbasis data. Selain itu, beragam inovasi ini membantu Bae Cukai untuk lebih siap menghadapi modus kejahatan perdagangan internasional,” kata Purbaya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arif Satria menyebut fitur radiation portal monitor (RPM) adalah teknologi yang sudah berkembang di dunia. Sementara selama ini Indonesia masih banyak mengimpor.
“Pemanfaatannya di Indonesia belum sampai 12. Saya kira ini jumlah yang sangat kecil, di Malaysia satu pelabuhan bisa sampai 40 alat ini dipasang,” kata Arif.
Menurutnya, BRIN sudah berhasil membuat alat ini dengan harga lebih murah 50%. “Sekarang ini kami sedang berkerja sama dengan mitra, dengan swasta. Ada beberapa swasta yang ingin berkerja sama licensing untuk memproduksi karya BRIN dalam rangka untuk memonitor radiasi dengan portal ini,” ujarnya.
Saat ini alat yang sudah diproduksi oleh BRIN sudah dipasang di Cikande untuk monitor cesium 137. “Karena itu kita berharap kerja sama di Bea Cukai, Pelindo dengan BRIN, Kementerian Keuangan ini bisa terus digalakkan agar masalah radioaktif ini bisa diatasi,” pungkasnya. (H-4)





