Jakarta, VIVA – Nama Ade Fitrie Kirana dulu dikenal publik sebagai aktris sinetron yang wara-wiri di layar kaca Indonesia. Perannya di sejumlah judul seperti Islam KTP, Bintang, Anak Menteng, hingga Dia Bukan Anakku sempat membuatnya menjadi wajah familiar di jagat hiburan Tanah Air.
Namun beberapa tahun terakhir, Ade memutuskan untuk bergeser dari gemerlap dunia sinetron dan lebih fokus pada aktivisme sosial, perlindungan perempuan dan anak, serta bisnis yang sudah ia tekuni sejak tahun 2000. Meski begitu, sorotan publik terhadapnya tak meredup. Justru kini suaranya makin lantang ketika membahas isu-isu kemanusiaan.
Salah satunya adalah maraknya kasus penculikan anak yang menyeruak dalam beberapa bulan terakhir di Indonesia. Ade tidak tinggal diam.
“Penculikan anak bukan kasus perorangan. Ini darurat nasional yang kita biarkan terjadi,” tegas Ade.
“Ini Alarm Besar, Sistem Kita Bocor!”
Ade menilai penculikan anak bukan hanya tindakan kriminal individual, tetapi kegagalan kolektif yang harus disadari bersama.
“Kalau seorang anak bisa dibawa pergi tanpa jejak, berarti ada yang sangat salah dengan cara negara, keluarga, dan lingkungan menjalankan tanggung jawabnya,” ungkapnya.
Sebagai publik figur yang memiliki pengaruh, Ade merasa wajib mengingatkan bahwa anak semakin rentan karena pengawasan keluarga sering longgar.
“Orang tua sering merasa ‘kan cuma sebentar’, tapi pelaku tidak butuh lama,” kata Ade.
Ia juga mengingatkan bahwa pelaku penculikan bukan hanya orang asing. “Ini bukan lagi soal stranger danger, tapi trust danger. Banyak kasus melibatkan orang yang dikenal.”
Media Sosial Jadi Pintu Masuk Baru Pelaku
Ade mengungkapkan bahwa pelaku kini dengan mudah memantau rutinitas anak lewat media sosial. Dari lokasi bermain, jam orang tua bekerja, hingga kebiasaan keluarga—semua bisa diamati.
“Celah kecil bisa berubah jadi ancaman besar,” ucapnya.
Ia juga menyayangkan bahwa lingkungan sosial kini makin kehilangan kepekaan. “Dulu tetangga saling jaga. Sekarang banyak yang cuek.”
Ade Serukan Orang Tua Ubah Pola Didik
Menurut Ade, anak harus dibekali mekanisme pertahanan diri.
“Anak harus tahu bahwa teriak, menolak, berlari bukan kenakalan. Itu mekanisme keselamatan,” katanya.



