Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong percepatan penyelesaian dan penandatanganan Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (I–EAEU FTA). Menurutnya, perjanjian itu akan membuka akses pasar yang lebih luas bagi pelaku industri Indonesia melalui peningkatan daya saing tarif dan pengurangan hambatan nontarif.
“Kami berharap perjanjian ini dapat segera ditandatangani dan menjadi instrumen penting untuk memperkuat ketahanan rantai pasok serta memperluas penetrasi produk industri nasional di kawasan Eurasia,” ujar Agus melalui keterangan tertulis, Sabtu (13/12).
Rampungnya perjanjian tersebut bakal menjadi babak baru dalam kerja sama ekonomi Indonesia dengan negara-negara anggota EAEU, yakni Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Rusia.
Khusus dengan Rusia, Agus menegaskan kerja sama industri antara Indonesia dengan negara tersebut terus menunjukkan perkembangan pesat. Ia mengatakan kerja samanya sudah ke arah substantif dan komprehensif, khususnya setelah ada pertemuan antara Presiden Prabowo dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Agus mengemukakan, Indonesia dan Rusia tengah menjajaki penyelesaian dua dokumen penting kerja sama industri, meliputi MoU on Cooperation in the Field of Shipbuilding dan MoU on Cooperation in the Field of Scientific Research on the Safe Use of Chrysotile Asbestos.
Salah satu MoU, yakni riset keselamatan penggunaan chrysotile asbestos, telah ditandatangani Agus bersama Menteri Perindustrian dan Perdagangan Federasi Rusia Anton Alikhanov di Moskow, 8 Desember 2025.
“Kami berharap, MoU lainnya dapat segera diselesaikan sehingga memberikan kejelasan kerangka kolaborasi bagi industri besar maupun IKM kedua negara,” ungkap Agus.
Agus menilai dialog intensif untuk menyelesaikan berbagai hambatan teknis antara pelaku industri Indonesia dan Rusia menjadi faktor penting dalam kelancaran hubungan dagang dan investasi. Salah satu tantangan utama adalah biaya logistik akibat jarak geografis yang cukup jauh.
Agus mencatat pada tahun 2024, total perdagangan bilateral nonmigas dengan Rusia mencapai USD 3,9 miliar, dengan tren peningkatan sebesar 18,69 persen sejak 2020. Hingga Oktober 2025, nilai perdagangan kedua negara telah meningkat menjadi USD 4,04 miliar.
Di sisi lain, investasi Rusia di Indonesia juga mencatat pergerakan yang konsisten. Pada 2024, total investasi mencapai USD 262,7 juta, sementara hingga September 2025, investasi Rusia telah mencapai USD 147,2 juta.
“Angka-angka tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari pelaku industri Rusia terhadap stabilitas ekonomi dan potensi pengembangan industri di Indonesia,” kata Agus.
Dalam konteks kerja sama multilateral, Agus memastikan Indonesia berkomitmen mendukung program-program di bawah BRICS, salah satu fokus penting adalah partisipasi Indonesia dalam BRICS Centre for Industrial Competences (BCIC).
Kerja sama itu akan menitikberatkan pengembangan berbagai sektor seperti digitalisasi industri, teknologi mobilitas baru, transportasi tanpa awak, pengembangan sumber daya manusia industri, pemberdayaan industri kecil dan menengah (IKM), transformasi digital, kecerdasan buatan, dan bioindustri.
“Kami menilai BCIC merupakan platform strategis bagi transfer teknologi dan percepatan modernisasi industri nasional menuju industri yang cerdas, hijau, dan inklusif,” tutur Agus.



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5315857/original/048473500_1755173938-20250808AA_BRI_Super_League_Persebaya_Surabaya_Vs_PSIM_Yogyakarta__53_of_75_.jpg)

