GenPI.co - Sekitar 500.000 pengungsi di Kamboja dan Thailand berlindung di pagoda, sekolah, serta tempat aman lainnya setelah melarikan diri dari bentrokan.
Dilansir AFP, Jumat (12/12), Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjanji akan turun tangan untuk menghentikan pertempuran tersebut.
Sebanyak 15 orang, termasuk tentara Thailand dan warga sipil Kamboja, tewas dalam bentrokan.
Jet, tank, dan drone terlibat dalam konflik di daerah perbatasan.
Thailand dan Kamboja bersengketa mengenai garis batas sepanjang 800 km yang ditetapkan pada era kolonial.
Klaim yang bertentangan atas kuil-kuil bersejarah telah menimbulkan konflik bersenjata.
Bentrokan kali ini paling mematikan sejak pertempuran lima hari pada Juli.
Kementerian Pertahanan Thailand melaporkan lebih dari 400.000 warga sipil telah dievakuasi.
Niam Poda, seorang petani tebu berusia 62 tahun di Provinsi Sa Kaeo, harus meninggalkan rumah untuk kedua kalinya dalam lima bulan akibat pertempuran.
Militer Thailand memberlakukan jam malam dari pukul 19.00 hingga 05.00 di beberapa bagian Sa Kaeo.
Di Kamboja, lebih dari 101.000 orang telah dievakuasi ke tempat penampungan atau rumah kerabat.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja Maly Socheata menuduh tentara Thailand menembaki daerah sipil dan Kuil Ta Krabey.
Kementerian Dalam Negeri Kamboja mencatat 10 warga sipil tewas, termasuk seorang bayi.
Militer Thailand juga menuduh pasukan Kamboja menembakkan roket yang mendarat di sekitar Rumah Sakit Phanom Dong Rak di Provinsi Surin, yang sebelumnya terkena serangan pada Juli.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Nikorndej Balankura menekankan bahwa pertempuran hanya bisa diselesaikan melalui pembicaraan, tetapi saat ini belum waktunya.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk menyebut perjanjian gencatan senjata belum memberikan perlindungan efektif bagi warga sipil. (*)
Lihat video seru ini:





