JAKARTA, KOMPAS — Presiden Prabowo Subianto mengakui pemulihan pascabencana banjir dan longsor di sejumlah wilayah Sumatera masih menghadapi kendala akibat kondisi alam dan medan yang berat. Meski demikian, pemerintah terus bekerja keras mengatasi kendala itu.
Hal itu disampaikan Presiden Prabowo seusai meninjau posko pengungsian di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Langkat, Sumatera Utara, Sabtu (13/12/2025). Kunjungan tersebut merupakan hari kedua peninjauan Presiden ke wilayah terdampak bencana di Sumatera.
Sehari sebelumnya, Presiden meninjau penanganan pengungsi banjir dan longsor di Aceh Tamiang, Aceh Tengah, dan Bener Meriah, Aceh. Adapun peninjauan pertama dilakukan pada Senin (1/12/2025) di Tapanuli Tengah (Sumatera Utara), Aceh Tenggara (Aceh), dan Padang Pariaman (Sumatera Barat). Presiden kembali meninjau penanganan bencana pada Minggu (7/12/2025) di Bireuen, Aceh, sebelum menjalani kunjungan kenegaraan ke Pakistan dan Rusia.
Dalam kunjungannya ke posko pengungsian MAN 1 Langkat, Presiden menyampaikan bahwa kedatangannya bertujuan memastikan langsung kondisi warga terdampak sekaligus menindaklanjuti berbagai kebutuhan mendesak di lapangan. Presiden hadir bersama Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution, Bupati Langkat Syah Afandin, serta sejumlah menteri Kabinet Merah Putih.
Presiden mengatakan laporan mengenai kekurangan yang masih dihadapi warga, terutama terkait kebutuhan air bersih dan perbaikan tanggul, telah diterimanya. Ia menegaskan berbagai persoalan tersebut akan segera ditangani dengan mengerahkan seluruh unsur negara.
“Saya datang melihat keadaan. Nanti kekurangan-kekurangan sudah dilaporkan kepada saya, kekurangan air bersih, perbaikan tanggul, angkatan darat, kepolisian, semua kekuatan kita,” kata Presiden.
Presiden menilai kondisi Sumatera Utara menunjukkan perbaikan dibandingkan kunjungan sebelumnya. Meski demikian, ia menegaskan pemerintah akan terus memantau penanganan bencana secara berkelanjutan.
“Saya akan terus memantau dari hari ke hari, dari minggu ke minggu. Mudah-mudahan kita akan membantu semua warga yang mengalami musibah, karena saudara-saudara adalah bagian dari kita semua,” ujar Presiden.
Presiden juga menyampaikan bahwa pemerintah terus memantau kondisi di berbagai wilayah terdampak, termasuk daerah yang sebelumnya terisolasi. Menurut Presiden, layanan di tempat pengungsian secara umum berjalan baik dan kebutuhan pangan relatif tercukupi, meskipun proses pemulihan masih menghadapi sejumlah kendala.
Presiden menjelaskan, pembukaan akses menjadi prioritas pemerintah. Sejumlah jalur transportasi yang sempat terputus kini mulai pulih. Jembatan di Bener Meriah telah berfungsi, sedangkan akses menuju Aceh Tamiang juga sudah kembali terbuka setelah dilakukan kerja intensif di lapangan.
Meski demikian, Presiden mengakui pemulihan pasokan listrik belum dapat dilakukan secara cepat. Kondisi fisik wilayah dan faktor alam, termasuk banjir di sejumlah titik, masih menghambat pemasangan kabel dan perbaikan menara listrik. Pemerintah memperkirakan pemulihan dilakukan secara bertahap, bergantung pada perkembangan kondisi lapangan.
Presiden pun mengingatkan bahwa penanganan bencana tidak bisa dilakukan secara instan dan membutuhkan kerja keras bersama dari seluruh pihak. “Saya sudah katakan berkali-kali, saya tidak punya tongkat Nabi Musa, tapi semua bekerja keras,” ujar Presiden.
Selain pemulihan layanan dasar, Presiden menyinggung kondisi psikologis warga terdampak. Menurut dia, masyarakat menunjukkan ketegaran dan kesabaran dalam menghadapi musibah. Pemerintah juga telah menyiapkan perencanaan alokasi perumahan sebagai bagian dari tahapan pemulihan jangka menengah.
Di sisi lain, Presiden menegaskan komitmen pemerintah dalam menertibkan pembalakan liar yang dinilai memperburuk kerusakan lingkungan dan meningkatkan risiko bencana. Penertiban tersebut telah mulai dilakukan dan akan dilanjutkan secara konsisten sebagai bagian dari upaya mitigasi. Pemerintah juga akan menyusun perencanaan mitigasi bencana yang lebih baik agar kejadian serupa dapat dicegah.
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengatakan, kunjungan Presiden ke Sumatera Utara dan Aceh selama dua hari terakhir bertujuan memastikan penanganan bencana berjalan cepat dan menjangkau seluruh wilayah terdampak. Dari hasil pemantauan, secara umum akses ke wilayah terdampak sudah terbuka dan kebutuhan dasar masyarakat relatif terpenuhi.
Ia menyebut, stok pangan untuk para pengungsi telah mencukupi. Sementara kebutuhan lain seperti pakaian, obat-obatan, dan air bersih terus diperkuat, terutama di wilayah Aceh Tamiang. Selain itu, hampir seluruh rumah sakit di wilayah terdampak telah kembali berfungsi meskipun belum sepenuhnya optimal.
“Semua wilayah sudah bisa terjangkau, stok kita mencukupi, kebutuhan pangan mencukupi, kemudian kebutuhan terhadap pakaian, obat-obatan juga semua selalu diupayakan, termasuk air bersih di Tamiang yang terus-menerus kita lakukan perkuatan,” kata Prasetyo.
Ia menambahkan, pemerintah saat ini menjalankan penanganan secara paralel, yakni tetap fokus pada tanggap darurat sekaligus mulai menyiapkan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Proses tersebut mencakup pendataan rumah warga yang terdampak dengan kategori rusak berat, sedang, dan ringan. Selain itu, dilakukan penyiapan lokasi hunian baru bagi warga yang tidak memungkinkan kembali ke tempat tinggal lama.
Dari puluhan kabupaten dan kota terdampak, lanjutnya, pemerintah telah menginventarisasi lahan negara maupun lahan yang pengelolaannya berada pada pihak tertentu, untuk dijadikan titik relokasi jika diperlukan. “Mungkin hitungan bulan ya. Jadi beberapa proses penanganan tanggap darurat dilakukan, kemudian juga mulai dipikirkan rehabilitasi dan rekonstruksi,” ujarnya.
Prasetyo juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan bencana, mulai dari TNI, Polri, BNPB, Basarnas, pemerintah daerah, relawan, hingga masyarakat luas. Ia pun menegaskan pesan Presiden bahwa dalam situasi bencana agar tidak boleh ada warga yang ditinggalkan.





