jpnn.com - JAKARTA - Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama bersama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menghimpun Rp 2,8 miliar donasi dalam Aksi Peduli Sumatra di kampus UIN Jakarta, Jumat (12/12).
Aksi kemanusiaan itu turut menampilkan Wali Band -member alumni UIN.
BACA JUGA: Kemenag dan Yayasan Shekinah Glory Gelar Doa Bersama untuk Bencana Sumatra
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan apresiasi atas solidaritas warga kampus, para tokoh lintas agama, mitra, serta masyarakat luas yang menunjukkan kepedulian tinggi untuk membantu warga terdampak bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Dia mengungkapkan, aksi kemanusiaan ini bukan sekadar seremoni, tetapi cerminan nyata semangat kebangsaan yang harus dirawat secara berkelanjutan.
BACA JUGA: Kemenag Matangkan Outlook 2026, Menag Nasaruddin Angkat Isu Lingkungan & Nilai Spiritual
Menag meluruskan pemahaman publik mengenai bencana alam yang kerap disalahartikan sebagai hukuman.
Dia menjelaskan, Al-Qur’an membedakan antara azab, musibah, dan bala’. Azab, ujarnya, tidak mungkin menimpa orang beriman, sedangkan musibah dapat menimpa siapa pun sebagai bagian dari dinamika kehidupan.
BACA JUGA: Kelas Musim Panas Internasional UIN Jakarta di Menara Syariah PIK2 Jadi Simpul Inspirasi Dunia
“Apa yang terjadi di Sumatra adalah musibah, bukan azab. Ini ujian bagi para korban untuk bersabar, dan ujian bagi semua: apakah siap berbagi untuk meringankan beban mereka,” tutur Menag.
Menag mengingatkan bahwa solidaritas tidak harus menunggu seseorang berada dalam kondisi berlebih. Setiap individu, katanya, tetap dapat berkontribusi sesuai kemampuan. Bantuan sekecil apa pun bernilai besar jika diberikan dengan ketulusan.
Dia menambahkan, dalam konteks musibah, kesediaan untuk membantu adalah ujian moral bagi masyarakat luas. “Kalau tidak ikut membantu, artinya belum lulus dari ujian ini,” ujarnya.
Kehadiran Wali Band serta tokoh lintas agama juga menguatkan gaung kegiatan tersebut.
Menag menyebut kolaborasi ini sebagai model dakwah kemanusiaan yang inklusif. “Musibah mengajarkan kita bahwa perbedaan tidak boleh menghalangi semangat menolong. Ini momentum memperkuat ukhuwah kemanusiaan dan kebangsaan,” ujarnya di hadapan ribuan peserta.
Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, mengatakan, Aksi Peduli Sumatra merupakan wujud konkret hadirnya negara bersama masyarakat dalam menguatkan nilai kemanusiaan. Ia menyampaikan, kegiatan donasi ini lahir dari kesadaran kolektif, bukan sekadar program, melainkan gerakan moral yang harus terus dijaga dan diperluas.
Abu menyebut, bencana adalah ujian keimanan sekaligus peluang untuk memperkuat solidaritas. Ia mengajak seluruh peserta, terutama mahasiswa, untuk memadukan ilmu dan adab dalam setiap tindakan sosial.
Abu juga mengapresiasi kolaborasi lintas agama yang tampil bersama membacakan Deklarasi Peduli Kemanusiaan. Menurutnya, komitmen tersebut memberi pesan bahwa batas-batas kemanusiaan tidak boleh terhalang oleh perbedaan keyakinan.
“Musibah adalah nasihat kehidupan. Dari sana, kita belajar untuk menjadi manusia yang lebih peka. Mari kita donasikan apa yang kita mampu. Kebaikan sekecil apa pun akan selalu dicatat sebagai amal. Jangan menunggu besok, lakukan hari ini,” tuturnya.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Asep Saepudin Jahar mengungkapkan, pihaknya merasa terhormat kembali menjadi tuan rumah kegiatan besar Kementerian Agama. Ia menilai, aksi donasi ini merupakan momentum penting untuk menggugah kesadaran sosial warga kampus. Ini bentuk kepedulian yang harus kita hadirkan, bukan hanya dalam wacana, tetapi dalam kontribusi nyata.
Asep menjelaskan, UIN Jakarta telah mengirim relawan dari berbagai unit mahasiswa, seperti Ramita, Arkadia, PNI, dan UKM lainnya, ke sejumlah daerah terdampak di Sumatra Barat. Kampus juga tengah menyiapkan relawan tambahan dari Pramuka dan Menwa untuk membantu proses pemulihan. Ini komitmen kami sebagai institusi pendidikan keagamaan untuk hadir di tengah masyarakat.
Rektor juga menggambarkan beratnya kondisi di wilayah terdampak, termasuk akses yang terputus dan wilayah yang hanya bisa dijangkau melalui udara. Ia menyebut, kebutuhan dasar seperti pakaian anak, ibu, dan bayi masih sangat mendesak. Karena itu, ia mengajak seluruh peserta agar tidak ragu memberi bantuan.
“Mereka kehilangan rumah, pakaian, bahkan tempat memasak. Donasi kita sangat berarti,” katanya.
Menurutnya, aksi peduli ini sekaligus menjadi ruang edukasi bagi mahasiswa bahwa ilmu harus berjalan beriringan dengan kepekaan sosial. “Mari belajar bukan hanya untuk menjadi pintar, tetapi juga untuk menjadi manusia yang beradab dan berempati,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut Rektor Asep menyerahkan donasi dari UIN sebesar Rp 103 juta kepada Menag Nasaruddin Umar. (esy/jpnn)
Redaktur : Mufthia Ridwan
Reporter : Mesyia Muhammad



