JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) memastikan akan memberikan pendampingan intensif dan khusus bagi ibu hamil yang menjadi korban bencana banjir dan longsor di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh.
Langkah ini diambil dalam merespons temuan di lapangan, mengenai adanya sejumlah ibu hamil yang tinggal di posko pengungsian dalam kondisi menanti kelahiran.
Menteri PPPA Arifah Fauzi menegaskan, perempuan hamil merupakan kelompok paling rentan dalam situasi bencana yang membutuhkan bantuan spesifik, berbeda dengan pengungsi pada umumnya.
Baca juga: Kapal Pengawas Laut KKP Dikerahkan untuk Kirim Bantuan Logistik ke Sumatera
"Iya, betul sekali bahwa perempuan dan anak ini termasuk kelompok rentan dalam berbagai situasi, apalagi perempuan ibu hamil, khususnya situasi dalam kondisi bencana," ujar Arifah kepada wartawan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, Sabtu (13/12/2025).
Arifah menyatakan pihaknya telah bergerak dan berkoordinasi dengan Dinas PPPA di daerah bencana untuk memberikan atensi kepada pengungsi ibu hamil.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=ibu hamil, Menteri PPPA, Arifah Fauzi, banjir sumatera, bencana sumatera, bantuan korban banjir Sumatera, bantuan banjir sumatera, pengiriman bantuan banjir Sumatera&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xMy8yMjA4MDA2MS9rZW1lbnBwcGEtcGFzdGlrYW4taWJ1LWhhbWlsLWRpLXBlbmd1bmdzaWFuLWJlbmNhbmEtc3VtYXRlcmEtZGFwYXQ=&q=KemenPPPA Pastikan Ibu Hamil di Pengungsian Bencana Sumatera Dapat Perhatian Khusus§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `"Untuk ibu-ibu yang dalam kondisi hamil, sedang menantikan kelahirannya, kami sudah berkoordinasi secara intens dengan tiga Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DP3A) di tiga provinsi," jelas Arifah.
Bantuan tersebut meliputi pengaktifan klaster kesehatan reproduksi dan pendampingan kelahiran, untuk memastikan keselamatan ibu dan bayi di tengah keterbatasan fasilitas pengungsian.
"Di situ ada trauma healing, kemudian ada klaster tentang kesehatan reproduksi. Jadi ada pengawalan, ada pendampingan, kemudian ada edukasi-edukasi juga bagaimana seorang ibu mempersiapkan kelahirannya di suasana yang terbatas seperti itu," jelas Arifah.
Baca juga: Mensesneg soal Penanganan Banjir Sumatera: Hampir Seluruh RS Sudah Berfungsi
Ia menambahkan, penanganan mengenai pengungsi ibu hamil dilakukan secara kolaboratif lintas sektor bersama instansi lainnya.
"Jadi kalau masalah ini juga bukan dari kementerian kami saja, tapi juga kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, BKKBN, dan lain sebagainya," sambungnya.
Selain pendampingan medis dan psikologis, KemenPPPA juga menuntut adanya perbaikan fasilitas fisik di posko pengungsian untuk menjamin kenyamanan dan keamanan perempuan dan anak.
Salah satu yang disoroti Arifah toilet yang wajib terpisah bagi perempuan.
"Kami mendorong sarana prasarana yang disediakan untuk para pengungsi khususnya mendapat perhatian khusus. Misalkan toilet dipisah antara toilet laki-laki dan perempuan, dan jumlahnya kalau bisa lebih banyak jumlahnya untuk perempuan. Karena perempuan menggunakan toilet waktunya lebih panjang daripada laki-laki," tegas Arifah.
Baca juga: Update BNPB: Korban Meninggal Capai 1.006 Jiwa Akibat Bencana Sumatera
Tak hanya itu, Arifah juga meminta pengaturan tenda pengungsian dilakukan berbasis keluarga, bukan barak massal yang bercampur, untuk mencegah adanya kekerasan seksual.
"Kami mendorong pengungsian ini berbasis keluarga. Jadi tidak bercampur baur, per keluarga-per keluarga supaya mencegah sebagai antisipasi menghindarkan adanya kekerasan seksual dan juga perdagangan orang," tutur Arifah.




