Sekoproyo: Rezeki yang Mengalir dari Kebersamaan

kumparan.com
6 jam lalu
Cover Berita

Pagi itu, dua becak tampak terparkir rapi di tepi Pantai Barat Pangandaran, tepat di depan Hotel Menara Laut. Di samping becak-becak itu, dua lelaki paruh baya duduk santai sambil menikmati secangkir kopi panas. Mereka berbincang ringan, sesekali mengamati pantai yang belum banyak didatangi pengunjung pagi itu. Para pedagang es dan petugas kebersihan yang menyapu pasir menjadi pemandangan rutin yang mereka sapa dengan akrab.

Di salah satu becak itu, duduk Midi, 60 tahun, warga asli Pangandaran yang tinggal di kawasan Wonoharjo dekat Samsat. Penampilannya sederhana dengan kaus biru, topi kuning, celana training biru hitam, serta tas kecil di pinggang. Bagi sebagian orang, ia mungkin hanya tukang becak yang menunggu penumpang. Namun di balik itu, ada perjalanan panjang yang membawanya sampai ke tepi pantai ini.

Sebelum hidupnya banyak dihabiskan di atas becak, Midi adalah seorang nelayan. Ia mulai melaut sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, yaitu kelas 4 SD. “Dulu saat SD kelas 4 ikut kapal orang dulu, saya masih ikut kerja sama perahu orang,” tuturnya sambil tersenyum tipis.

Bertahun-tahun bekerja di kapal orang lain, ia perlahan mengumpulkan uang hingga akhirnya mampu membeli kapalnya sendiri. “Alhamdulillah saat ada rezeki, saya bisa beli kapal sendiri,” tuturnya sambil tersenyum tipis.

Namun hidup kerap tidak berjalan sesuai rencana. Sebuah musibah membuatnya harus menjual kapal itu. Dari sanalah ia memilih becak sebagai pekerjaan tetap. “Ya sudah, saya balik lagi narik becak. Dari dulu sebenarnya sudah biasa narik, tapi tidak tetap. Setelah kejadian itu, ya diterusin saja,” ujarnya.

Bagi Midi, menjadi tukang becak bukan sekadar mata pencaharian, melainkan cara ia menikmati hari-harinya. “Kerjanya bebas, bisa sambil keliling, bisa nganter turis, dan warga lokal. Narik becak tuh jadi kesenengan saya sendiri, bisa kerja sambil jalan-jalan,” ungkapnya.

Ia bahkan kerap diminta mengantar penumpang ke lokasi wisata di luar kawasan pantai, seperti Pantai Madasari, Batu Hiu, Batu Karas, hingga Green Canyon. Tempat-tempat yang sebenarnya cukup jauh untuk ukuran becak, tapi tetap ia jalani selama penumpang bersedia membayar sesuai jarak dan kesepakatan bersama.

Tarif becak di Pangandaran bervariasi. Untuk warga lokal, tarif pendek mulai dari Rp20.000. Untuk keliling pantai atau menuju pasar berkisar Rp25.000 hingga Rp30.000. Untuk perjalanan jauh, tarifnya bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Rekor tertinggi yang pernah ia terima adalah Rp650.000 dari turis asing dan Rp500.000 dari wisatawan domestik.

Meski begitu, pekerjaannya tidak selalu menghasilkan. Midi pernah mengalami seminggu penuh tanpa mendapat satu pun penumpang. “Ya ada masa-masanya begitu. Sepi, enggak dapat sepeser pun, tapi ya tetap disyukuri aja, yang penting datang selamat, pulang juga selamat, rejeki kan bisa dicari besok lagi,” katanya lirih, tanpa keluhan.

Yang menarik, kehidupan para tukang becak di Pangandaran tidak penuh persaingan seperti yang kerap diasumsikan orang. Ada satu sistem tradisi yang mereka jaga bersama, yaitu Sekoproyo. “Sekoproyo itu saling bekerja sama. Sistemnya giliran. Siapa yang datang duluan, dia yang narik dulu. Gak ada rebut-rebutan,” jelas Midi.

Paguyuban tukang becak ini juga punya grup WhatsApp untuk koordinasi dan saling bertukar informasi jika ada penumpang di satu lokasi. Tidak ada batas wilayah atau zona terlarang antarbecak, mereka bebas berpindah pangkalan jika sepi. Prinsipnya sederhana: saling mendukung agar semua kebagian rezeki.

Sekoproyo menjadi contoh sederhana bahwa aturan berbasis solidaritas masih bekerja di beberapa komunitas. “Kita saling bantu saja. Biar semuanya bisa pulang bawa uang, walaupun sedikit,” kata Midi.

Penumpang Midi beragam, mulai dari turis, domestik, sampai warga lokal yang butuh ke pasar. Hari Minggu biasanya jadi waktu paling ramai, sementara hari-hari biasa sering kali sepi penumpang. Ia bekerja mengikuti kemampuannya saja, tidak selalu dari pagi sampai sore. Paling lambat, ia pulang sekitar pukul empat atau lima sore.

Tak hanya mengangkut orang, Midi pun pernah membawa barang besar seperti kulkas dan lemari. Tarifnya tetap dihitung per becak, bukan per orang. Profesi tukang becak di Pangandaran didominasi laki-laki. Ada beberapa pengayuh muda, tapi jumlahnya tidak banyak. Perempuan hampir tidak terlihat dalam pekerjaan ini.

Di tengah dinamika pekerjaan yang tidak menentu, Midi belum memiliki rencana untuk berhenti. Baginya, menarik becak tetap pekerjaan yang paling sesuai. Ketika ditanya apakah ia berniat berhenti menjadi tukang becak, Midi menggeleng. “Belum ada kepikiran, narik becak itu kaya dapet rezeki sambil main,” katanya sambil tertawa kecil. Di luar itu, ia juga mengambil pekerjaan sampingan, seperti memperbaiki listrik atau pekerjaan apa pun yang bisa ia lakukan.

Di antara hiruk pikuk wisata Pantai Pangandaran, becak-becak di Pangandaran berjalan dalam ritme yang tenang. Mereka bukan sekadar alat transportasi, melainkan juga mata pencaharian utama bagi banyak keluarga. Kehadiran sistem Sekoproyo menunjukkan bahwa di tengah hidup yang serba sulit, para pengayuh becak memilih berbagi nasib dan rezeki dibanding saling bersaing.

Setiap hari—dari pagi hingga menjelang senja—Midi menjalankan becak motornya, menyusuri area wisata mengantar penumpang, membawa barang, atau sekadar duduk menunggu saat keadaan sedang sepi penumpang.

Penghasilannya tidak selalu pasti, tetapi ia tetap menjalani pekerjaannya dengan tenang. Tanpa banyak rencana muluk, yang penting baginya adalah bisa terus bekerja dan membawa pulang rezeki yang cukup. Begitulah hari-harinya di Pangandaran, sederhana tapi tetap menjadi perjalanan hidup yang ia jalani dengan ikhlas dan semangat.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Harga Emas Bersiap Naik Minggu Ini
• 8 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Pelabuhan Makassar Diprediksi Layani 96.138 Penumpang Saat Nataru
• 12 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Jadwal Semifinal Voli SEA Games 2025: Hari Ini Megawati Hangestri Cs Uji Nyali, Timnas Voli Putri Indonesia vs Thailand
• 16 jam lalutvonenews.com
thumb
Modus Pura-pura Borong Bakso, Pasutri Pencuri Uang Pedagang di Kembangan Ditangkap
• 19 jam lalukompas.com
thumb
Dua Anak yang Ditabrak Mobil MBG Masih Dirawat Intensif
• 12 jam laluokezone.com
Berhasil disimpan.