Jakarta, VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah pada perdagangan hari ini.
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor BI, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di level Rp 16.652 per Jumat, 12 Desember 2025. Posisi rupiah itu menguat 16 poin dari kurs sebelumnya di level Rp 16.668 pada perdagangan Kamis, 11 Desember 2025.
Sementara perdagangan di pasar spot pada Senin, 15 Desember 2025 hingga pukul 09.06 WIB rupiah ditransaksikan di Rp 16.651 per dolar AS. Posisi itu melemah 5 poin atau 0,03 persen dari posisi sebelumnya di level Rp 16.646 per dolar AS.
- Pixabay/IqbalStock
Pengamat ekonomi dan pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pemerintah tengah menyiapkan kebijakan ekonomi khusus untuk pemulihan pascabencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Paket kebijakan ekonomi ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto Sedangkan, sejumlah paket kebijakan ekonomi yang tengah disiapkan pemerintah, seperti penghapusbukuan hingga restrukturisasi bagi debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Kebijakan ini sebagai upaya untuk mencegah naiknya klaim penjaminan kredit KUR. Sejalan dengan itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan membuat regulasinya. Selain itu, keringanan juga diberikan kepada pekerja serta perusahaan terdampak bencana.
Pemerintah akan menghapus utang iuran BPJS Ketenagakerjaan dan denda bagi perusahaan yang terdampak bencana. Pemerintah juga akan mempermudah proses pencairan klaim bagi pekerja yang terdampak, seperti klaim Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Pensiun (JP).
Rencananya, sejumlah paket kebijakan ekonomi khusus wilayah terdampak bencana diumumkan minggu depan, dengan paket stimulus yang disiapkan dapat menjaga stabilitas dan mendorong kembali daripada perekonomian di daerah terdampak.
"Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.640 - Rp 16.700," ujarnya.
Sebagai informasi, klaim pengangguran awal AS untuk pekan yang berakhir pada 6 Desember naik menjadi 236 ribu, melonjak tajam dari angka revisi naik pekan sebelumnya sebesar 192 ribu menurut Departemen Tenaga Kerja AS. Data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan ini membebani dolar AS.




