Pra Rekonstruksi Kasus Anak SD Bunuh Ibu Kandung di Medan, Terduga Pelaku Didampingi Psikolog

grid.id
1 hari lalu
Cover Berita

Grid.ID - Polisi gelar pra rekonstruksi kasus dugaan anak SD bunuh ibu kandung di Medan. Dalam pra rekonstruksi ini, terduga pelaku yang masih di bawah umur didampingi oleh psikolog.

Dikabarkan sebelumnya bahwa seorang anak SD berinisial AL (12), diduga membunuh ibu kandungnya sendiri, Faizah Soraya (42) dengan 20 tusukan. Peristiwa tragis ini terjadi di Jalan Dwikora, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Sumatra Utara, pada Rabu (10/12/2025) pagi.

Kasus anak diduga bunuh ibu kandung di Medan kini telah memasuki babak baru. Polrestabes Medan menggelar pra rekonstruksi kedua pada Minggu (14/12/2025).

Sebelumnya, polisi telah menggelar pra rekonstruksi kasus anak SD bunuh ibu kandung yang pertama di lokasi pengganti, yakni di Polrestabes Medan. Dalam pra rekonstruksi kedua, setidaknya ada 43 adegan yang diperagakan selama kurang lebih 6 jam.

Dalam pra rekonstruksi, terduga pelaku didampingi oleh seorang psikolog dan petugas dari dinas perlindungan anak. Hal ini lantaran terduga pelaku, AL (12) masih di bawah umur.

"Kurang lebih 6 jam, tim telah melaksanakan pra-rekonstruksi kedua," kata Kapolrestabes Medan Kombes Calvijn Simanjuntak, dikutip dari Kompas.com.

Langkah ini diharapkan dapat menyempurnakan proses penyelidikan untuk mengungkap motif terduga pelaku melakukan pembunuhan terhadap korban. Selain pra rekonstruksi, polisi juga kembali melakukan penggeledahan di TKP untuk mendalami kasus ini.

"Mudah-mudahan ini lebih menyempurnakan proses penyidikan dan proses penyelidikan lanjutan yang kami laksanakan," lanjut Calvijn.

"Selain pra-rekonstruksi, kami kembali melakukan proses penggeledahan. Ada beberapa barang-barang yang kami bawa untuk didalami," jelasnya.

Kronologi

Kronologi anak SD bunuh ibu kandung di Medan bermula saat sang anak sulung berteriak meminta pertolongan pada Rabu (10/12/2025) pagi sekitar pukul 05.00 WIB. Saat itu ia menemukan ibunya tergeletak bersimbah darah di tempat tidur.

 

Mendengar teriakan anak pertama, sang ayah yang tidur di lantai 2, segera turun untuk melihat apa yang terjadi. Usai menyaksikan kondisi istrinya yang bersimbah darah dengan banyak luka tusuk, sang suami pun menelepon pihak Rumah Sakit Columbia Asia.

"Anaknya tersebut berteriak meminta pertolongan. Mendengar adanya suara tersebut, suami korban pun segera turun dari kamar tidur dari lantai dua," kata seorang warga.

Tak lama, mobil ambulans dari RS Columbia Asia sudah terparkir di depan rumah korban. Dokter pun langsung mengecek kondisi Faizah, rupanya korban sudah tidak bernyawa.

"Korban ditemukan dengan kondisi di sekujur tubuh ada beberapa tusukan dan darah berceceran di lantai," lanjut warga.

Kemudian suami meminta Kepala Lingkungan V, Kelurahan Tanjung Rejo, Tono, untuk menelepon polisi. Tak lama kemudian, polisi tiba di rumah korban dan memasangi garis polisi.

Tono menyebutkan bahwa dalam rumah tersebut terdapat empat orang anggota keluarga, yakni korban, suami, dan dua anak kandung.

"Si suami tidur di lantai dua. Kalau istri dan dua anaknya tidur di lantai satu," ucap Tono, dikutip dari Kompas.com.

"Itu di lantai kamar saya lihat sudah bersimbah darah. Kalau luka saya hanya lihat di lengan," jelasnya.

Kasus ini kemudian ditangani oleh Polrestabes Medan. Terduga pelaku diamankan polisi dengan pendampingan seorang psikolog.

Kesaksian Keluarga Korban, Bongkar Tabiat Suami

Kasus dugaan anak SD bunuh ibu kandung di Medan mengejutkan banyak pihak, terutama dari keluarga korban. Pihak keluarga Faizah justru membongkar tabiat dari suami korban, Alham Wumala Siagian.

 

Pihak keluarga masih tidak percaya bahwa AL tega melakukan hal ini kepada ibu kandungnya sendiri. Keluarga justru mencurigai ayah terduga pelaku, Alham.

Saudara korban, Dimas mengatakan bahwa rumah tangga Alham dan Faizah sudah lama tidak harmonis. Bahkan, sudah 5 tahun terakhir Alham diduga berselingkuh dan main judi online.

"Dalam 5 tahun terakhir suami korban doyan selingkuh dan diduga ada hutang (mungkin akibat judol atau judi online)," tulisnya dalam postingan media sosial, dikutip dari TribunnewsBogor.com.

"Sebagai seorang manager di Telkomokondo beberapa kali ketahuan selingkuh," lanjutnya.

Disebutkan juga bahwa Faizah menolak untuk bercerai dengan suaminya karena tak ingin anak-anaknya menjadi korban. Hal ini lantaran Faizah pernah menjadi korban perceraian orangtuanya.

Selama 5 tahun itu pula keduanya kerap cekcok dan telah pisah ranjang.

Kesaksian serupa juga diungkap oleh seseorang yang mengaku keluarga korban. Melalui akun Instagram @pakdebrewok2122, ia menuliskan kecurigaannya dalam kolom komentar postingan Instagram @lambe_turah.

Ia menuliskan klarifikasi bahwa keluarganya tidak percaya bocah kelas 6 SD tersebut yang menikam Faizah sebanyak 20 kali hingga tewas. Penulis juga membongkar tabiat suami korban yang sudah berselingkuh dan meminta cerai.

"Izin klarifikasi karena ini keluarga saya,

Kejadian subuh pagi, diduga si adek bunuh mamanya. Kami sekeluarga gak percaya karna alasan yang gak masuk logika bahwa adeknya dendam karna kakaknya di marahin mama nya.

Dan yang buat kami gak percaya adalah sebelum kejadian si jantan ini selingkuh dan udah minta cerai tapi si istri gak mau dan udah pisah ranjang dan ntah kenapa bisa balik lagi ke rumah itu.

 

Dan semua adalah alibi si ayah nya bilang adeknya di kamar megang pisau bunuh mama nya dan dia katanya tidur di atas jadi gak dengar katanya tolong pak polisi selidiki ini jantan dan sekarang si jantan ini bisa keluar kemana2

logika ini adek masih kelas 6 SD bukan SMP ya kawan2 dan luka tusuk ada 20 tusukan logika aja gak teriak mamaknya klok gak di bekap." tulisnya.

Dengan banyaknya spekulasi liar yang berkembang dari banyak pihak, polisi diharapkan dapat melakukan penyelidikan dengan ekstra hati-hati dan teliti, mengingat kasus ini melibatkan seorang anak di bawah umur.

Praktisi hukum dan Ketua Peradi Kota Medan, Dwi Ngai Sinaga meminta agar Tim Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Medan melibatkan polisi wanita (Polwan) dan tim psikolog dalam menangani kasus ini.

“Kita turut prihatin atas peristiwa ini. Kita minta agar dalam proses pemeriksaan hanya ditangani oleh Polwan dengan didampingi tim psikolog. Kasus ini harus ditangani secara jeli, teliti, dan ekstra hati-hati karena masih rawan dan dapat mengguncang jiwa si anak,” ucap Dwi Ngai Sinaga, dikutip dari Tribun Medan.

“Kami sangat meragukan bagaimana kemampuan seorang anak bisa melakukan hal ini dengan kekuatan tenaga orang dewasa. Maka, diperlukan ketelitian dan kejelian tim penyidik,” tegasnya.

Lebih lanjut, Dwi Ngai Sinaga menyampaikan kepercayaannya kepada pimpinan Polrestabes Medan untuk mengusut tuntas kasus anak SD bunuh ibu kandung di Medan. Ia percaya bahwa polisi dapat mengungkap kasus ini dengan terang benderang dan penuh kejelian. (*)

 

Artikel Asli


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pramono Isyaratkan Wali Kota Perempuan di Jakarta Segera Hadir
• 4 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Jay Idzes Justru Dapat Kabar Buruk usai Tahan AC Milan, Igli Tare Langsung Segera Selesaikan Transfer Bek Liga Inggris
• 22 jam lalutvonenews.com
thumb
KPK Panggil Lagi Eks Menag Yaqut di Kasus Korupsi Kuota Haji
• 2 jam lalurepublika.co.id
thumb
Intip Daftar Diskon Tarif Transportasi dan Masa Berlakunya selama Libur Nataru
• 22 jam laluidxchannel.com
thumb
Kemenko PM Evaluasi Perpres Pekerja Migran, Soroti Praktik Biaya Penempatan hingga Perdagangan Orang
• 2 jam laluliputan6.com
Berhasil disimpan.