Banyak pengemudi merasa lebih nyaman dengan sandaran kursi mobil yang terlalu rebah saat perjalanan jauh. Padahal, posisi ini justru dapat meningkatkan risiko cedera karena fitur keselamatan tidak bekerja secara optimal.
Menurut studi Wroclaw University of Science and Technology, sandaran kursi yang terlalu landai akan mengubah cara kepala dan leher menerima gaya saat tabrakan. Meski tekanan awal terasa lebih kecil, durasi benturannya bisa lebih lama dan meningkatkan risiko cedera pada leher maupun kepala.
Jika sandaran direbahkan terlalu jauh, sabuk pengaman juga tidak akan bekerja sebagaimana mestinya. Sabuk atas bisa naik ke arah leher dan sabuk bawah bisa bergeser dari panggul ke perut yang akan menyebabkan cedera.
Selain itu, posisi ini juga dapat memicu fenomena yang disebut 'submarining', yakni tubuh meluncur ke bawah sabuk saat benturan. Sabuk pengaman tak lagi dapat menahan tubuh dengan benar sehingga perut dan bagian bawah tubuh menerima tekanan berlebih.
Kondisi tersebut sangat berbahaya karena organ dalam dapat mengalami cedera serius. Submarining lebih mudah terjadi saat sandaran terlalu rendah dan posisi pinggul tidak stabil, membuat tubuh pengemudi terdorong ke depan tanpa penahan yang cukup.
Risiko lain datang dari sistem airbag yang dirancang untuk melindungi dengan asumsi posisi duduk tegak. Bila sandaran terlalu rendah, airbag dapat mengembang ke arah tubuh yang tidak tepat dan justru menimbulkan cedera pada dada, wajah, atau tulang belakang.
Adapun, posisi duduk yang terlalu rebah juga mengurangi visibilitas. Saat kursi terlalu miring, posisi mata menjadi lebih rendah dan menjauh dari kaca depan. Akhirnya, pandangan ke jalan kurang ideal dan sudut pandang ikut menyempit.
Di sisi lain, sandaran kursi yang rendah membuat pengemudi terlalu nyaman dan kurang waspada. Hal ini dapat memperlambat reaksi saat menghadapi kondisi darurat, seperti mengerem mendadak atau menghindari hambatan.
Kontrol terhadap kendaraan pun ikut terdampak. Pengemudi akan kesulitan menjangkau setir dan pedal dengan tepat. Dalam situasi yang membutuhkan respons cepat, jarak tubuh yang jauh dari setir dapat berdampak fatal.
Selain persoalan keselamatan, sandaran yang direbahkan berlebihan juga berdampak pada kesehatan pengemudi. Postur yang tidak alami membuat otot punggung bekerja lebih keras. Akibatnya, pengemudi dapat mengalami ketegangan dan rasa tidak nyaman pada punggung.
Berkendara dalam waktu lama memang membuat pengemudi ingin mencari posisi ternyaman. Meski begitu, kenyamanan sebaiknya tetap disesuaikan dengan standar ergonomis mengemudi.
Para ahli menyarankan sandaran diatur sekitar 100–110 derajat, tubuh cukup dekat dengan setir tanpa menekuk, dan posisi mata sejajar dengan bagian tengah kaca depan. Posisi ini dianggap ideal untuk mengurangi risiko dan menjaga stamina selama perjalanan jauh.





