KKP Luncurkan Manual Pengukuran Karbon Biru Padang Lamun

katadata.co.id
4 jam lalu
Cover Berita

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkuat standar pengukuran karbon biru padang lamun untuk meningkatkan kredibilitas data, efektivitas konservasi pesisir, mendukung perdagangan karbon, serta kontribusi nyata Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim global.

Standar ini berupa manual pengukuran karbon biru lamun yang menjadi pedoman teknis standar untuk memperkuat kredibilitas data, efektivitas konservasi, dan kontribusi Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim.

"Manual ini menjadi rujukan nasional pertama untuk pengukuran cadangan karbon pada ekosistem padang lamun di seluruh wilayah pesisir Indonesia," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP, Koswara, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Senin (15/12), seperti dikutip Antara.

Menurut Koswara, manual itu merupakan langkah penting untuk mendorong tata kelola karbon biru yang kredibel dan berbasis sains.

"Kita membutuhkan data yang terukur, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan agar Indonesia dapat berperan lebih besar dalam mitigasi iklim dan perdagangan karbon global," ujar Koswara.

Manual ini menjadi fondasi untuk memperkuat aksi konservasi berbasis bukti. Upaya itu sejalan dengan semangat kolaborasi lintas sektor. Penguatan ekonomi biru membutuhkan sinergi antara pemerintah, daerah, pelaku usaha akademisi, dan masyarakat.

"Pemanfaatan karbon biru harus memastikan keberlanjutan ekosistem sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi daerah pesisir," ujarnya.

Indonesia memiliki keanekaragaman lamun yang tinggi dengan 15 spesies dari sekitar 60 spesies lamun di seluruh dunia hidup di perairan Indonesia. Spesies lamun yang paling banyak ditemui adalah rumput laut besar (Enhalus acoroides), daun lamun (Thalassia hemprichii), spesies lamun tropis berdaun bulat (Cymodocea rotundata), dan lamun tropis dengan daun pendek lebar (Cymodocea serrulata).

Ekosistem lamun dikenal sebagai penyerap karbon yang sangat efisien, terutama pada sedimen yang mampu menyimpan karbon dalam jangka waktu ribuan tahun apabila habitat tetap terjaga.

"Secara global, padang lamun menyumbang 10–18% cadangan karbon laut dangkal meski hanya menutupi kurang dari 0,2% dasar laut," jelas Koswara.

Namun, saat ini banyak padang lamun di berbagai wilayah pesisir Indonesia menunjukkan tanda-tanda penurunan kondisi akibat tekanan antropogenik seperti alih fungsi pesisir, pencemaran, praktik penangkapan ikan destruktif, serta dampak perubahan iklim.

Kerusakan tersebut tidak hanya menghilangkan fungsi ekologis lamun, tetapi juga berpotensi melepaskan kembali karbon sedimen ke atmosfer, sehingga mengancam upaya penurunan emisi gas rumah kaca.

Regulasi Strategis Perkuat Kebijakan Iklim

Pemerintah telah menerbitkan berbagai regulasi strategis untuk memperkuat kebijakan iklim, termasuk Peraturan Presiden (Perpres) No. 110 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK), Permen KP No. 1 Tahun 2025, dan Kepmen KP No. 52 Tahun 2024 terkait peta jalan mitigasi perubahan iklim sektor kelautan dan perikanan.

Regulasi tersebut menempatkan ekosistem lamun sebagai aset penting dalam skema perdagangan karbon berbasis konservasi dan restorasi.

Direktur Konservasi Ekosistem Ditjen Pengelolaan Kelautan KKP, Firdaus Agung, menambahkan manual pengukuran karbon biru lamun disusun untuk menjawab kebutuhan tersebut dengan menyediakan panduan terintegrasi mulai dari tahap persiapan survei.

Selain itu pengambilan sampel lapangan, analisis laboratorium, perhitungan cadangan karbon, hingga pelaporan dan manajemen data. Penyusunan manual melibatkan peneliti, akademisi, dan praktisi konservasi pesisir.

“Penerapan manual ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas inventarisasi karbon biru, mendorong efisiensi program konservasi, serta memperkuat posisi Indonesia dalam mekanisme perdagangan karbon internasional," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono mengatakan kementeriannya berkomitmen memperkuat tata kelola sumber daya laut melalui pendekatan berbasis sains, kolaborasi, dan inovasi teknologi.

Hal itu untuk memperkuat ekonomi biru, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, serta mempercepat pencapaian target iklim nasional.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Mendesak! Pengungsi Banjir Aceh Krisis Listrik, Air Bersih, hingga Keperluan Bayi Balita | BERUT
• 19 jam lalukompas.tv
thumb
Video: Jurus Klinik Kecantikan Lokal Saingi Tren Kecantikan Korea
• 17 jam lalucnbcindonesia.com
thumb
IHSG Diproyeksi Menguat ke 8.550-8.700, Investor Tunggu Hasil Rapat BI Bulan Ini
• 14 jam lalukumparan.com
thumb
Kissing Scene dengan Byun Yo Han di Uncle Samsik, Bibir Tiffany SNSD Sampai Bengkak
• 10 jam laluinsertlive.com
thumb
Kawan Lama Group Sambut 2026 dengan Ekspansi Agresif Usai Raih Disway Awards 2025
• 6 jam laludisway.id
Berhasil disimpan.