Kebutuhan jaringan internet andal semakin menjadi hal krusial dalam berbagai aspek kehidupan. Di Papua, harapan jaringan berkualitas serta akses yang merata diyakini sebagai upaya mendukung dan mengakselerasi berbagai aspek pembangunan manusia.
Kendati sering dipersepsikan sebagai daerah tertinggal, tetapi geliat digital dengan pemanfaatan jaringan internet juga menjadi rutinitas generasi di Papua. Regina Awi (29), misalnya, pengusaha kuliner asal Kota Jayapura ini mengatakan, jaringan yang andal yang sangat penting mendukung kegiatannya.
Menurut Regina, pelaku usaha bisa menjangkau pasar yang lebih luas jika kapasitas jaringan mumpuni. Di sisi lain, inovasi produksi juga bisa maksimal jika diimbangi dengan jaringan telekomunikasi yang stabil.
“Sebagai pelaku ekonomi, sinyal internet yang stabil dalam segala situasi sangat kami diperlukan dalam menjalankan usaha di akhir tahun yang biasanya intensitasnya tinggi,” kata Regina di Jayapura, Senin (15/12/2025).
Tak hanya di bidang ekonomi, akses internet yang andal juga menjadi kebutuhan krusial dalam pelayanan dasar, seperti pendidikan. Tidak hanya di daerah pedalaman, di daerah pinggiran Jayapura juga akses internet belum merata.
Ungkapan tantangan ini diutarakan oleh Vebriani Hembring (24), pegiat pendidikan dari Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura. Dalam beberapa tahun terakhir, ia memberdayakan para pelajar di sekitarnya.
Bersama kawan-kawan di komunitasnya, Vebriani mengajar dan mengajak generasi pelajar dalam menjaga kebudayaan Papua. Di sisi lain, upaya ini turut dimaksimalkan dengan pemanfaatan teknologi digital.
”Tetapi jaringan internet yang tidak merata jadi kendala. Biasanya jaringan intenet bagus hanya di beberapa titik. Ini jadi tantangan kami saat mengajar,” ucapnya.
Sementara itu, bagi Ferdian (32), warga Kabupaten Jayapura lainnya, ada dambaan agar jaringan stabil dalam berbagai situasi. Ia mengatakan, sering kali ketika cuaca ekstrem yang juga berpengaruh pada jaringan telekomunikasi.
Hal ini tentu bisa memengaruhi aktivitas masyarakat yang bergantung pada jaringan internet. “Sekarang semakin sering cuaca buruk. Ada ketakutan kalau sampai ada infrastruktur yang rusak karena bencana, bisa jadi jaringan hilang lama,” ujarnya.
Indosat Ooredoo Hutchison perusahaan operator telekomunikasi konsen terhadap hal itu. Mereka memiliki program pemerataan akses internet. Program itu dianggap sebagai salah satu jalan mengakselerasi pemerataan pembangunan manusia di Papua.
Apalagi, tahun demi tahun, cakupan pengguna operator telekomunikasi ini terus tumbuh signifikan di Indonesia Timur. Saat ini, di wilayah Papua, cakupan pengguna Indosat sebesar 31,6 persen. Angka ini tumbuh hingga 11 persen selama periode tahunan.
“Angkanya terus tumbuh signifikan. Kami ingin terus menjaga experience pengguna,” ucap Executive Vice President Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Indosat Ooredoo Hutchison Swandi Tjia di Jayapura.
Adapun, dalam setahun, lalu lintas data (data traffic) di wilayah Papua tumbuh hingga 406 persen. Sejumlah daerah menunjukan pertumbuhan pengguna yang masif.
Di Jayapura, Indosat memiliki cakupan pengguna sebesar 75,3 persen. Angka ini tumbuh hingga 5 persen dalam periode setahun. Pertumbuhan seperti ini juga terpantau di daerah Papua lain, seperti Sorong, Manokwari, Nabire, Biak, Mimika hingga Merauke.
Di sisi lain, Swandi menyadari, dengan kondisi geografisnya, Papua tidak lepas dari ancaman gangguan keandalan jaringan. Ia mencontohkan berbagai kejadian yang masih memengaruhi akses jaringan telekomunikasi di Papua.
“Misalnya, beberapa waktu lalu ada kabel bawah laut yang terputus dan itu mempengaruhi operator kami. Namun, karena kami memiliki back-up (cadangan jaringan) Starlink jadi beberapa daerah, jaringan Indosatnya masih berjalan,” ujarnya.
Ia mengatakan, saat ini pihaknya terus memperkuat back-up jaringan ketika situasi darurat atau bencana datang. Dalam beberapa tahun ke depan, back-up jaringan berbasis satelit terus diperbanyak.
Di sisi lain, lanjut Swandi, ke depan, situasi darurat yang lebih besar akan menjadi perhatian operator telekomunikasi. Bencana besar yang melanda Sumatera menjadi pelajaran bagi perusahaan telekomunikasi.
“Seperti kejadian di Sumatera, Kami kehilangan infrastruktur yang besar. Pemulihannya butuh waktu yang cukup lama dan biaya besar. Ke depan ini yang akan jadi evaluasi operator dan pemerintah di tengah situasi kebencanaan yang semakin sering,” ucapnya.
Selain perhatian pada keandalan jaringan, akselerasi pemberdayaan sumber daya manusia di Papua juga perlu dilakukan. Hal ini dilakukan dengan berbagai program investasi sosial.
Di Jayapura, Indosat memberdayakan kelompok perempuan yang menggeluti bidang usaha mikro kecil menengah (UMKM). Para perempuan dibekali kemampuan ekonomi digital, seperti peningkatan citra jenama, strategi pendekatan bisnis, hingga manajemen keuangan UMKM.
Tidak hanya itu, para kelompok pelajar di Papua coba didekatkan dengan teknologi mutakhir. Hal ini diwujudkan melalui kehadiran pusat kecerdasan buatan (AI), yakni AI Experience Center Indosat di Kota Jayapura.
Di AI Experience Center, Indosat membina talenta-talenta Papua yang diharapkan bisa menguasai AI. Para talenta ini diarahkan teknologi yang mendukung pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi kerakyatan yang menjadi isu krusial di Papua.
Dengan jaringan internet yang merata dan sumber daya manusia yang kuat, anak-anak muda Papua bisa menerjang segala keterbatasan.





