Etindonesia. Bencana banjir bandang yang melanda Tapanuli Selatan, Sumatera Utara telah menempatkan warga dalam posisi terdesak. Bagi korban banjir yang aksesnya terisolasi, pilihan yang tersisa hanyalah berjalan kaki sejauh puluhan kilometer demi mendapatkan bahan makanan. Mereka harus menantang bahaya di tengah permukiman yang luluh lantak tersapu banjir.
Hampir sepekan bencana terjadi, namun tak ada bantuan yang sampai di tangan warga Tapanuli Selatan. Mereka mesti bertahan dalam kondisi serba terbatas dan dilaporkan kewalahan dalam memenuhi kebutuhan sembako. Mereka berjalan kaki menantang bahaya demi memberi makan keluarga.
“Sudah hampir sepekan tak ada bantuan yang sampai,” tutur seorang warga.
Di tengah medan berlumpur dan sulit, tim SAR gabungan tak henti melakukan pencarian dan evakuasi korban. Namun, fokus utama warga yang selamat adalah memohon uluran tangan. “Kalau bisa harapan kami tolong bantuannya lah Pak sama kami Tengoklah semua… Bantuan pun baru ini datang sama kami,” ujar salah satu warga.
Desa yang Hilang Ditelan Kayu GelondonganTingkat kehancuran di Tapsel memang di luar perkiraan. “Saya tidak mengira sebesar ini,” ujar salah satu pelapor di lokasi.
Desa yang dihuni ratusan jiwa kini berubah menjadi lautan lumpur. Pemandangan yang mendominasi adalah lumpur tebal dan hamparan kayu gelongdongan sejauh mata memandang. Rumah Irma hanyalah satu dari sekian banyak bangunan yang luluh lantak setelah permukimannya porak-poranda dilanda banjir bandang.
Keberadaan “kayu gelongdongan” ini memperkuat temuan sebelumnya di lokasi yang sama, Desa Garoga, di mana banjir bandang diperparah oleh ribuan batang kayu hutan yang diduga hasil penebangan liar, memiliki bekas potongan gergaji mesin, dan menghantam rumah-rumah hingga hilang ditelan pasir [histori percakapan]. Desa Garoga, yang merupakan bagian dari Tapsel, dilaporkan telah “hilang ditelan tanah berpasir mengerikan” dengan 140 rumah lenyap seketika [histori percakapan].
Krisis Komunikasi dan Korban HilangFokus penanganan saat ini adalah membuka akses jalan dan menyalurkan bantuan dasar bagi warga terisolasi. Selain itu, perbaikan infrastruktur menjadi hal yang tak kalah penting, khususnya perbaikan jaringan listrik dan akses komunikasi.
Dilaporkan bahwa banyak tower-tower yang runtuh akibat bencana. Pihak PLN menyatakan akan segera mengaktifkan listrik dalam jangka pendek agar masyarakat segera mendapatkan akses kembali.
Namun, duka yang paling mendalam datang dari data korban. Menurut Data Kantor SAR Medan dan Nias per Senin 15 Desember 2025, korban meninggal di Tapanuli Selatan mencapai 86 orang, sementara 29 orang masih dilaporkan hilang. Secara total warga terdampak di Tapsel 279.974 jiwa.
Angka korban hilang ini sangat mendekati laporan sebelumnya yang menyebutkan sekitar 47 masyarakat masih belum ditemukan karena hanyut ke sungai [histori percakapan]. Jumlah korban jiwa yang mencapai puluhan orang ini menjadi indikator tragis dari amukan air bah yang diduga diperparah oleh keserakahan manusia [histori percakapan].
Di tengah medan berlumpur dan sulit, pencarian dan evakuasi korban terus dilakukan. Warga yang bertahan hanya bisa berharap, bahwa setelah hampir sepekan tanpa bantuan, akses dan logistik segera memulihkan kehidupan mereka. (yud)


:strip_icc()/kly-media-production/medias/4365967/original/039871200_1679367358-20032023BL_Yance_dan_Yakob_3.jpg)


