Jakarta: Indonesia dan Libya menyepakati sejumlah langkah konkret untuk menghidupkan kembali hubungan bilateral yang sempat melambat akibat konflik berkepanjangan di Libya.
Kesepakatan tersebut menjadi hasil utama Sidang Komisi Bersama (SKB) Kedua RI–Libya yang digelar di Jakarta, Senin, 15 Desember 2025.
Wakil Menteri Luar Negeri RI Anis Matta mengatakan, SKB ini merupakan tindak lanjut dari kunjungannya ke Libya tiga bulan lalu, yang bertujuan mengaktifkan kembali hubungan kedua negara setelah kondisi keamanan di Libya dinilai membaik.
“Hubungan kita sebenarnya tidak pernah putus. Namun selama masa konflik, aktivitas kedutaan memang dikurangi dan kita belum menempatkan duta besar, hanya kuasa usaha,” ujar Anis Matta saat ditemui awak media usai pertemuan.
Menurutnya, perkembangan situasi politik di Libya membuka peluang baru bagi diplomasi yang lebih aktif. Pemerintah Indonesia melihat adanya kemungkinan pihak-pihak yang bertikai di Libya menemukan jalan damai dan membangun pemerintahan bersama, sehingga kerja sama bilateral dapat kembali ditingkatkan.
Dalam SKB tersebut, Indonesia dan Libya menyepakati pembebasan visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas. Anis Matta menyebut kesepakatan ini sebagai kemajuan penting untuk memperlancar komunikasi dan kerja sama antarpemerintah.
Selain itu, kedua negara juga menandatangani kerja sama antara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Libya. Libya bahkan berencana mengundang Kadin Indonesia dan Danantara untuk berkunjung dalam waktu dekat guna menjajaki peluang bisnis dan investasi.
“Insya Allah mereka akan mengirimkan undangan untuk Kadin dan Danantara agar bisa melihat langsung peluang kerja sama ekonomi di Libya,” kata Anis.
Di bidang pendidikan, Indonesia menawarkan sekitar 250 beasiswa yang akan memprioritaskan Libya sebagai salah satu negara penerima. Langkah ini dinilai sebagai bagian dari penguatan hubungan jangka panjang melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
SKB RI–Libya juga menyinggung penyelesaian sengketa antara Pertamina dan perusahaan minyak Libya. Anis Matta menyatakan kedua pihak berupaya mencari solusi yang lebih baik agar Pertamina dapat kembali aktif menjalankan proyek energi di Libya.
“Mudah-mudahan setelah hubungan ini kita bangun kembali dan kita aktifkan, Pertamina bisa kembali melakukan kegiatannya di Libya,” pungkasnya.
Baca juga: Indonesia–Libya Gelar Sidang Komite Bersama ke-2, Sepakat Perluas Kerja Sama

:quality(80):format(jpeg)/posts/2025-12/15/featured-dcb84c49afa22b71dc68c8c7db932118_1765807549-b.jpg)


