Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia melemah seiring sikap pelaku pasar menimbang gangguan pasokan akibat meningkatnya tensi Amerika Serikat-Venezuela dengan kekhawatiran kelebihan pasokan global serta potensi tercapainya kesepakatan damai Rusia-Ukraina.
Melansir Reuters pada Selasa (16/12/2025), harga minyak mentah jenis Brent turun 81 sen atau 1,31% ke level US$60,65 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 83 sen atau 1,44% ke US$56,61 per barel.
Kedua kontrak tersebut telah anjlok lebih dari 4% sepanjang pekan lalu, tertekan ekspektasi terjadinya surplus pasokan minyak global pada 2026.
Ekspor minyak Venezuela dilaporkan merosot tajam setelah Amerika Serikat menyita sebuah kapal tanker pekan lalu dan menjatuhkan sanksi baru terhadap perusahaan pelayaran serta kapal-kapal yang berbisnis dengan produsen minyak Amerika Latin tersebut. Informasi itu diperoleh dari data pelayaran, dokumen, dan sumber maritim.
Pasar kini mencermati perkembangan lebih lanjut dan dampaknya terhadap pasokan global. Reuters melaporkan AS berencana mencegat lebih banyak kapal yang mengangkut minyak dari Venezuela menyusul penyitaan tanker tersebut, sehingga meningkatkan tekanan terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
“Tekanan penurunan harga minyak dan tercapainya level terendah bulanan pada kontrak berjangka utama pekan lalu kemungkinan akan lebih dalam jika AS tidak meningkatkan langkah terhadap Venezuela,” ujar analis PVM John Evans.
Baca Juga
- Prospek Surplus Minyak Dunia 2026 Menyempit
- Drone Ukraina Serang Infrastruktur Minyak Rusia di Laut Kaspia
Meski demikian, pasokan minyak yang melimpah dan sudah dalam perjalanan ke China, pembeli minyak terbesar Venezuela, serta ketersediaan pasokan global yang besar dan permintaan yang melemah turut meredam dampak gangguan pasokan akibat penyitaan tanker.
Di sisi lain, perkembangan positif dalam pembicaraan damai Rusia–Ukraina juga menekan harga minyak.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan kesediaannya untuk melepas ambisi bergabung dengan aliansi militer NATO saat menggelar pembicaraan selama lima jam dengan utusan AS di Berlin pada Minggu (14/12/2025). Putaran kedua perundingan berakhir pada Senin (15/12/2025).
“Selama dua hari terakhir, negosiasi Ukraina–AS berlangsung konstruktif dan produktif, dengan kemajuan nyata,” tulis Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Rustem Umerov melalui akun X setelah perundingan Senin.
Kesepakatan damai berpotensi meningkatkan pasokan minyak Rusia ke pasar global, yang saat ini masih dibatasi sanksi negara-negara Barat.
Ekspektasi surplus pasokan yang kian menguat juga menekan harga, diperparah data ekonomi China yang melemah. Output pabrik di negara tersebut melambat ke level terendah dalam 15 bulan pada November 2025, sementara pertumbuhan penjualan ritel tercatat paling lemah sejak Desember 2022.
J.P. Morgan Commodities Research dalam catatannya pada Sabtu menyebut surplus minyak global pada 2025 diperkirakan akan melebar hingga 2026 dan 2027, seiring proyeksi pasokan minyak dunia tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan pertumbuhan permintaan hingga 2026.
“Sentimen risk-off, pelemahan pasar saham AS, serta data ekonomi China yang lebih lemah dari perkiraan tidak membantu pergerakan harga minyak mentah,” ujar analis UBS Giovanni Staunovo.




