FAJAR, SURABAYA – Persebaya Surabaya kembali menghadapi dilema abadi di Super League: kutukan lini depan.
Menjelang dibukanya bursa transfer paruh musim 2025/2026, dua penyerang asing Green Force, Mihailo Perovic dan Diego Mauricio, terancam didepak.
Performa mereka yang dinilai belum memenuhi ekspektasi menjadi pemicu utama.
Kondisi ini memaksa manajemen untuk kembali merombak sektor serang demi memutus rantai “striker seumur jagung” yang menghantui klub sejak era kepergian David da Silva.
Fokus utama manajemen kini tertuju pada sektor depan. Dinilai menjadi titik lemah dan gagal memberikan dampak signifikan dalam upaya tim bersaing di papan atas Super League.
Kritik tajam diarahkan kepada kontribusi para penyerang asing.
Harapan besar yang disematkan kepada mereka ternyata tidak sebanding dengan performa di lapangan.
Hal ini memaksa klub harus mengambil keputusan berani di tengah musim.
Mihailo Perovic
Nama Mihailo Perovic berada di pusat perhatian. Striker asal Serbia ini dinilai tampil tidak konsisten sejak awal musim.
Dari total 12 pertandingan yang ia ikuti, Perovic baru membukukan 2 gol untuk Persebaya.
Catatan minim ini tentu belum cukup untuk menopang ambisi Green Force bersaing ketat dengan tim-tim papan atas lainnya.
Tekanan untuk menghasilkan gol dan ketajaman yang lebih baik membuat posisinya kini sangat rentan.
Diego Mauricio
Nasib yang jauh lebih memprihatinkan dialami oleh penyerang asal Brasil, Diego Mauricio.
Kesempatannya tampil di lapangan sangat minim. Dia baru mencatatkan dua penampilan dengan akumulasi waktu bermain hanya 34 menit sepanjang paruh pertama musim.
Minimnya minute play ini membuat kontribusi Mauricio hampir tidak terasa sama sekali.
Kondisi tersebut memperkuat sinyal bahwa manajemen akan segera melakukan perombakan besar-besaran di lini serang.
Mauricio hampir pasti menjadi salah satu nama yang akan dilepas.
Kutukan Striker Seumur Jagung
Jika Perovic dan Mauricio benar-benar dilepas pada paruh musim ini, kisah lama tentang “kutukan striker” di Persebaya Surabaya akan kembali terulang.
Fenomena sulitnya Green Force menemukan penyerang asing yang stabil dan memiliki masa bakti panjang telah menjadi cerita klasik sejak tim ini promosi ke Super League.
Satu-satunya penyerang yang mampu memutus rantai ini adalah David da Silva.
Bomber asal Brasil itu tercatat sebagai penyerang asing dengan masa bakti terlama, membela Persebaya selama tiga musim (2018 hingga 2021).
Meskipun sempat dipinjamkan, kontribusi dan stabilitas golnya meninggalkan kesan yang sangat kuat.
Setelah kepergian David da Silva, Persebaya seolah kehilangan formula untuk merekrut penyerang yang memiliki stabilitas dan ketajaman jangka panjang.
Kini, bursa transfer paruh musim menjadi momen krusial bagi manajemen untuk mengakhiri kutukan ini dan menemukan bomber baru yang benar-benar bisa diandalkan. (*)




