Bisnis.com, JAKARTA — Instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) global diramal turun untuk pertama kalinya dalam 20 tahun pada 2026 seiring dengan pergeseran kebijakan dan melemahnya permintaan di pasar utama karena memasuki fase jenuh.
Global PV Market Outlook yang dirilis BloombergNEF memperkirakan tambahan kapasitas PLTS pada tahun depan mencapai 649 gigawatt (GW), turun tipis dibandingkan dengan 2025. Pertumbuhan pada 2025 sendiri menjadi yang terlambat dalam tujuh tahun terakhir dan kontraksi pada tahun depan akan menjadi yang pertama sejak 2000.
“Industri tenaga surya akan memasuki fase pertumbuhan rendah setelah mengalami ekspansi yang cepat dalam beberapa tahun terakhir,” tulis BNEF, dikutip Selasa (16/12/2025).
Melambatnya pertumbuhan terutama dipicu oleh perubahan kebijakan di China dan Amerika Serikat karena permintaan yang melandai. Beberapa pasar berpotensi melanjutkan pertumbuhan pada tahun depan, tetapi tren kenaikannya diramal tidak bisa menutup koreksi di dua negara dengan ekonomi terbesar tersebut.
Prospek ini bakal menjadi sentimen negatif tambahan bagi produsen teknologi surya di China yang kini mengalami kapasitas berlebih dan kerugian. Sebagai catatan, pemerintah China mulai memperkenalkan mekanisme harga pasar untuk energi terbarukan pada Juni 2025. Keputusan tersebut telah memicu lonjakan instalasi tenaga surya pada paruh pertama di Negeri Panda dan perlambatan setelahnya.
Menyusul regulasi tersebut, BloombergNEF pun menurunkan proyeksi instalasi PLTS China sebesar 9% menjadi 372 GW pada 2025 dan 14% penurunan pada 2026.
Baca Juga
- Refleksi Pengembangan Bioenergi 2025 dan Prospek Tahun Depan
- Produksi Listrik Fosil China Diramal Turun Pertama Kali dalam 10 Tahun, EBT makin Dominan
- Saham Energi Hijau Tancap Gas Efek Pengembangan AI
Pasar AS juga diperkirakan menorehkan koreksi serupa karena regulasi Presiden Donald Trump yang membatasi ekspansi energi terbarukan dan kembali menggenjot energi fosil. Sementara itu, pasar lain seperti Spanyol dan Brasil juga diramal kehilangan momentum pertumbuhan.
BNEF mencatat bahwa Spanyol dan Brasil telah mengalami pertumbuhan pesat dalam instalasi energi berbasis surya. Namun ekspansi tersebut justru memicu pembatasan pasokan listrik (curtailment) dan penurunan signifikan harga yang menciptakan ketidakpastian bagi investasi.
Dari sisi harga, BNEF menyebut biaya di seluruh rantai pasok energi surya akan tertahan di level terendah dalam sejarah pada 2026, dengan prospek permintaan yang lebih lemah. Sementara itu, kapasitas manufaktur dan inventaris akan tetap tinggi.
Polisilikon menjadi salah satu komponen produksi yang diramal menghadirkan tantangan. BNEF menyebutkan harga bahan baku utama dalam rantai pasok surya itu tetap rendah di China, meski upaya konsolidasi sektor tersebut telah menghasilkan peningkatan sebesar 50% sejak Juni.
“Sektor yang sangat jenuh ini akan memiliki ruang terbatas untuk pemulihan harga yang signifikan seiring dengan penurunan permintaan,” tulis BNEF.
Namun demikian, instalasi tenaga surya diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang moderat, paling cepat pada 2027, seiring dengan penyesuaian yang dilakukan China dan AS terhadap kondisi penawaran dan permintaan serta perluasan pasar baru. Total instalasi untuk tahun tersebut diperkirakan mencapai 688 GW.





