Liputan6.com, Jakarta - Minyak jelantah, atau minyak goreng bekas, merupakan limbah yang tak terhindarkan dari setiap dapur rumah tangga maupun industri makanan. Setiap tahun, konsumsi minyak goreng di Indonesia mencapai rata-rata 5,2 juta ton, dengan perkiraan susut 40-60% yang menghasilkan sekitar 2-3 juta ton minyak jelantah.
Meskipun volumenya sangat besar dan memerlukan perhatian serius, isu limbah minyak jelantah seringkali dianggap sepele. Kondisi ini membuat penanganannya kurang mendapat perhatian dibandingkan masalah sampah plastik.
Advertisement
Padahal, pembuangan minyak jelantah secara sembarangan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang serius dan berpotensi merusak kehidupan makhluk hidup. Dalam kerangka Environmental, Social, and Governance (ESG), pengelolaan minyak jelantah yang tidak tepat menyentuh ketiga aspek ini secara fundamental, mengancam lingkungan, mempengaruhi kesehatan sosial, dan memerlukan tata kelola yang efektif.
Artikel ini akan mengupas tuntas dampak luas minyak jelantah yang melampaui bahaya kesehatan, serta menginspirasi dengan berbagai cara pemanfaatannya menjadi produk baru yang bernilai. Jadi simak informasi selengkapnya berikut ini, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (16/12/2025).


:quality(80):format(jpeg)/posts/2025-12/16/featured-58a60a0a422d933033d378e0ed6fba0f_1765888901-b.jpg)