Bisnis.com, JAKARTA – Konsentrasi terhadap upaya tanggap bencana sudah harus dimulai sejak fase pra-kejadian demi meminimalisir potensi dan risiko kerugian. Terlebih, Indonesia sering mengalami bencana alam mulai dari gunung meletus, tanah longsor, dan banjir besar yang akhir-akhir ini melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Ketua Umum Sukarelawan Indonesia Pembela Alam (RIMBA), Eko Wiwid mengatakan, selain mampu meminimalisir risiko, dengan menempatkan konsentrasi tanggap bencana sejak fase pre-incident memungkinkan pemerintah bersama masyarakat mampu menjaga keseimbangan ekosistem alam dan kelestarian lingkungan.
"Namun, 'PR' pertamanya ialah bagaimana kita mampu menggeser paradigma dari penanganan di fase kejadian dan pasca kejadian, menuju fase pra-kejadian. Meski tanggap bencana pada pra-kejadian bencana tidak sepopuler fase yang lain, karena hasilnya tidak terlihat di depan," ujar, dalam keterangan tertulis, Selasa (16/12/2025).
Wiwid menjelaskan, tanggap bencana pada fase pra kejadian dapat dilakukan melalui berbagai cara. Dua di antaranya melalui tindakan pencegahan dini sebelum munculnya potensi risiko atau pre-emtif, hingga tindakan pencegahan dari kejadian buruk atau preventif.
Pada 2018 silam, ia mencontohkan, bersama ribuan sukarelawan yang berdomisili di wilayah Sukabumi, Cianjur, Bogor, dan Jakarta menggagas program revitalisasi Talaga Saat yang terletak di Desa Cibulao, Bogor, Jawa Barat.
Meski awalnya bersifat spontan dan menemui banyak tantangan, ide dan gagasan ini kemudian disambut baik oleh sejumlah pihak terutama jajaran Komando Resor Militer (KOREM) - 061/Surya Kencana dan masyarakat sekitar.
Baca Juga
- BRIN Tunjuk Joko Widodo Jadi Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Bencana
- Refleksi Banjir Sumatra, BRIN Dorong Penyusunan Ulang Peta Kerawanan Bencana
Bahkan, Wiwid melanjutkan, Komandan Korem-061/Surya Kencana kala itu, Kolonel Inf. Mohamad Hasan pun turut memimpin langsung tim untuk merevitalisasi Talaga Saat dengan menerjunkan ratusan personel dan mengoperasikan alat pengeruk gulma.
Setelah 2 tahun berjalan, kini Talaga Saat telah menjelma sebagai objek wisata yang menjadi ikon Titik 0 KM Ciliwung, serta mampu menggerakkan ekonomi masyarakat yang dikelola koperasi desa wisata.
"Dengan begitu, upaya pre-emtif dan preventif ini juga mampu mengurangi potensi dan risiko bencana seperti banjir dan tanah longsor yang sering terjadi di Sukabumi, Cianjur, Bogor, dan Jakarta," ujar Wiwid.
Satgas Khusus Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Sebelumnya, guna merespons fenomena bencana yang terjadi di beberapa wilayah Presiden Prabowo Subianto akan membentuk satuan tugas (satgas) khusus rehabilitasi dan rekonstruksi.
Tujuannya, demi mempercepat pemulihan pascabencana khususnya di wilayah Sumatra yang baru-baru ini terjadi akibat banjir dan longsor.
Prabowo pun berharap dengan adanya wacana ini seluruh pihak dapat bekerja sama demi saling bahu-membahu mempercepat proses pemulihan pascabencana.
"Semua unsur nanti bekerja sama, jangan ada alasan. Cari lahan, pakai lahan milik negara yang ada. Kalau perlu PTPN, kalau perlu konsesi-konsesi hutan itu kita pakai semua," katanya, Senin (15/12/2025).





