London, VIVA – Rencana larangan total mobil bensin dan diesel di Eropa mulai terlihat tidak sekeras yang selama ini digaungkan. Setelah bertahun-tahun menjadi simbol ambisi iklim, kebijakan tersebut kini dinilai lebih mirip gertak sambal ketimbang keputusan final.
Uni Eropa dikabarkan tengah melonggarkan target larangan kendaraan bermesin pembakaran internal yang semula dijadwalkan berlaku penuh pada 2035. Tekanan dari pelaku industri otomotif, khususnya dari Jerman dan Italia, menjadi faktor utama perubahan arah kebijakan tersebut.
Disadur VIVA Otomotif dari Carscoops, Selasa 16 Desember 2025, sejumlah laporan menyebutkan, target yang awalnya berupa pelarangan total kini bergeser menjadi pengurangan emisi sebesar 90 persen. Artinya, mobil bermesin bensin dan diesel belum sepenuhnya ditutup jalannya untuk tetap diproduksi dan dijual.
Pemimpin Partai Rakyat Eropa, Manfred Weber, secara terbuka menyatakan bahwa larangan teknologi mesin pembakaran sudah tidak lagi menjadi opsi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mesin konvensional buatan Eropa masih memiliki masa depan lebih panjang dari perkiraan awal.
Weber juga menyebut bahwa larangan penuh tidak akan diberlakukan pada 2040. Namun, hingga kini belum ada kejelasan mengenai tahun target baru jika Uni Eropa tetap ingin menghapus total mesin pembakaran.
Dukungan terhadap pelonggaran kebijakan datang dari Kanselir Jerman Friedrich Merz. Ia menilai keputusan ini memberi kepastian perencanaan bagi industri otomotif yang selama ini dibayangi ketidakpastian regulasi.
Sebelumnya, Merz bahkan mengirim surat langsung kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Surat tersebut mendesak agar kendaraan bermesin konvensional tetap diizinkan beredar setelah 2035.
Komisi Eropa sendiri dikabarkan menyambut baik masukan dari pemerintah Jerman. Hal ini memperkuat sinyal bahwa pendekatan pragmatis mulai menggeser idealisme kebijakan iklim sebelumnya.
Dalam draf kebijakan baru, bahan bakar alternatif disebut akan mendapat peran lebih besar. Bahan bakar rendah emisi, termasuk biofuel canggih dan solusi hibrida, dipertimbangkan sebagai jalan tengah.
Jika arah ini benar-benar diambil, larangan mobil bensin dan diesel tampaknya tidak akan sepenuhnya terwujud.





