Harga minyak berjangka ditutup turun tajam pada Selasa (16/12). Pasar khawatir soal kelebihan pasokan global serta menguatnya prospek kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.
Dilansir dari Reuters, Rabu (17/12), Minyak Brent ditutup melemah 2,71% ke US$58,92. Sementara West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) turun 2,73% ke US$55,27.
Baca Juga: Trump Ingin Minyak Amerika Serikat Bebas Aturan Emisi Metana Uni Eropa
“Brent turun ke bawah level resistance untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, seiring pasar menilai potensi kesepakatan damai yang dapat membuat tambahan volume minyak kembali ke pasar dari Rusia,” kata Analis Rystad Energy, Janiv Shah.
Amerika Serikat dilaporkan menawarkan jaminan keamanan unik bagi Ukraina. Eropa juga melaporkan adanya kemajuan dalam pembicaraan, yang memicu optimisme akan segera berakhirnya perang dari Rusia-Ukraina.
Namun, Rusia menyatakan tidak bersedia memberikan konsesi wilayah, sehingga prospek perdamaian masih menghadapi tantangan.
Dari China, tekanan tambahan datang dari data ekonomi yang lemah, memperkuat kekhawatiran bahwa permintaan global belum cukup kuat untuk menyerap pertumbuhan pasokan minyak belakangan ini. Data menunjukkan pertumbuhan output pabrik negara tersebut melambat, sementara penjualan ritel mencatat pertumbuhan paling lemah sejak Desember 2022.
Baca Juga: Teknologi Migas Andal, Legislator Apresiasi Kinerja PHE
Kombinasi potensi tambahan pasokan, ketidakpastian geopolitik dan lemahnya permintaan dari ekonomi terbesar kedua dunia tersebut terus membebani pergerakan harga minyak global.

